Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 25 Desember 2010

KISAHKU


Oleh: Indri Ajeng P.

Putus, nggak masalah! Itu sich semboyan bagi cewek yang gampang buat dapat cowok. Dan bagi mereka yang bilang seperti itu, mereka nggak pernah ngrasain rasanya mencintai dan dicintai dengan tulus. Karena yang menreka tahu hanya kenangan sesaat, mereka nggak pernah benar-benar tulus dalam mencintai seseorang.

Seperti halnya yang kurasakan sekarang, kisah cintaku memang menyedihkan. Selalu saja pertengkaran yang aku rasain. Apa memang aku nggak pantas untuk mendapatkan seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku dan yang dicintai.

Sebut saja namaku Dita, aku masih duduk di bangku SMA. Dulu aku punya seorang cowok. Memang sih, umur kita beda jauh. Tapi aku sama sekali tak pernah mementingkan umur. Lagian bagiku dia masih pantes kok buat jadi pacarku.

Aku jadia sama dia sekitar sebula yang lalu. Tepatnya kapan, aku tidak begitu ingat. Tapi yang pasti, waktu itu aku hampir aja putus asa, karena ku rasa tak akan bisa dapetin dia. Tetapi nasib berkata lain, tanpa kusangka ternyata dia tiba-tiba jadi pacarnya. Aku senang banget. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan tawarannya.

Hampir tiga minggu kita lalui, tetapi entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang dia sembunyikan. Aku nggak tahu apa itu, tapi yang pasti sejak saat itu hubungan kita jadi berantakan. Setiap hari dia selalu marah-marah tak jelas. Tetapi aku masih bisa sabar menghadapinya. Harapanku cukup besar, suatu saat di pasti berubah seperti dulu.

Hari demi hari, tetapi tak ada perubahan sikapnya kepadaku. Entah harus gimana lagi aku perbuat. Aku lelah dengan semua sikapnya ke padaku. Dia selalu menganggapku anak kecil yang bisanya Cuma ngrepotin dia. Sehingga, muncul rasa bosan dengan semua penilainnya terhadapku. Dia tak pernah bisa menghargaiku.

Pada suatu saat, tiba-tiba dia bilang padaku kalau selama ini aku Cuma mainin perasaannya aja. Aku benar-benar bingung dengan semua pikiran negatifnya padaku. Tak pernah sedikitpun percaya denganku. Dia juga bilang bosan pacaran sama anak kecil kayak aku. Awalnya aku ingin mempertahankan hubungan ini dan memilih untuk engalah. Tapi aku lelah juga jka harus terus mengalah. Dan lagi, mungkin lebih baik hubungan ini diakhiri.

Akhirnya kita berdua sepakat untuk putus. Tak ada lagi alasan untuk mempertahankannya. Sejak kita putus, aku nggak pernah lagi berhubungan dengannya. Hatiku juga sudah tertutup untuk dia.

Di keletihan rasa ini, pernah ku menyukai seseorang yang dekat denganku. Tetapi, aku harus mengubur mimpi itu. Sebab dia telah mempunyai pendamping. Akhirnya aku memutuskan untuk sendiri. Meskipun terasa sepi, tapi kehadiran sahabat-sahabtku memberi warna lain. Hidupku masih bisa berjalan sebagaimana mestinya.