Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 25 Desember 2010

KAMU ATAU DIA???

Oleh: Widianti

Namaku Dian. Ini kisahku dengan dua cowok yang sama-sama aku suka dan kusayang. Mereka bernama Adi dan pras. Berawal dari pertama aku bertemu dengan Adi secara tak sengaja. Aku dikenalkan oleh kakakku. Adi adalah teman kakakku semasa SMP. Malam itu aku tak mengira jika itu teman kakakku, mulanya kukira tetangga iseng. Dan sejak itu dia mulai dekat dengan aku. Hubungan kami lama-kelamaan menjadi dekat hingga berujung pacaran. Tak kusangka, Adi cukup popular di sekolahnya. Ada perasaan bangga di hatiku, meskipun terkadang juga tak suka.

Enam bulan sudah kami menjalani pacaran. Dia sering ke rumahku. Pergi berdua seperti anak-anak muda jaman sekarang. Aku tahu, ortuku tak mengijinkan aku berpacaran terlalu berlebihan. aku hargai keputusan ortuku, karena keputusan itu terbaik untukku. Di malam itu, kami ke rumah tantenya Adi di luar kota. Rasa grogikupun lenyap dengan keramahan tantenya Adi. Di sana aku merasa berada di tengah-tengah keluargaku sendiri. Itu hal pertama buatku, berkenalan dengan keluarga pacarku.

Delapan bulan suda berpacaran dengan Adi secara jarak jauh. Aku tahu, pacaran jarak jauh merupakan hal tersulit. Tetapi mau gimana lagi, aku tak bisa selalu di sisinya, begitu juga Adi, tak bisa setiap hari di sisiku. Aku percaya dan yakin bila kami mampu melewati ini semua dengan mulus. Meski kemudian, kenyataan harus berbicara lain. Aku memutuskannya, karena Adi telah mempunyai cewek lain. Sebuah resiko hubungan jarak jauh kurasa. Pada saat itu, kebahagiaan Adi adalah segalanya.

Sekitar empat bulan lebih, aku tak berhubungan dengan cowok lagi. Ada perasaan trauma dan sakit atas perlakuan cowok. Setiap ada cowok yang mendekatiku, aku selalu menghindar dan cuek. Karena aku ingin sendiri. Saat kesendirian itu aku sering mengingat di mana aku dan Adi keluar bersama. Setiap kali mengingat kenangan itu, aku sering meneteskan air mata. Air mata sia-sia.

Hati ini masih terasa sakit kalau mengingat semua itu. Aku tetap tegar, meskipun sakit. Lima bulan sudah aku mencoba melupakan dia sedikit demi sedikit. Teman-temanku menyemangati ku. Mereka bilang, aku tak boleh menyerah dengan semua ini.

”Kamu harus semangat. Di dunia ini tak hanya ada satu cowok. Tetapi masih banyak cowok di luar sana yang lebih baik dan setia menunggumu”, hibur sahabatku.

Seperti biasa aku pulang sendiri. Meskipun mataku seperti orang habis menangis habis diputusin cowoknya. Tapi setidaknya aku masih bisa menyisakan senyum untuk sahabat-sahabatku.

”Widi...”, seseorang memanggilku. Namun demikian, kakiku masih tetap berjalan dan tak menoleh sedikitpun.

”Widi...”, suara itu begitu jelas di telingaku. Kakiku sejenak berhenti dan menolehnya. Cowok berkaca mata dengan senyum manisnya di gerbang sekolahku. Dia bernama Eka Prasetya atau kami biasa memanggilnya Pras. Aku mendekatinya.

“Iya Pras, ada apa?” kataku kepadanya.

“Boleh tidak aku mengantarmu pulang?” ujarnya sembari tersenyum ramah.

“Maaf Pras, aku ingin pulang sendiri”, jawabku sambil tesenyum padanya. Raut kecewa sejenak terbersit dari wajahnya. Tapi kemudian tersenyum kepadaku.

“Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti malam smsan denganku ya?” kamipun tersenyum bersama sebelum berpisah.

Malam itu seperti biasanya, aku menonton tv dengan adik-adikku. Ketika hpku berbunyi, aku tahu bila itu dari Pras.

From: Prasetyo

08/12/2010

20:30

Malem

Sent: Prasetyo

Malem juga Pras

Sejak malam itu hubunganku dan dia semakin dekat. Dulu memang pernah suka sama Pras, tetapi cowok itu ak pernah mengerti perasaanku. Sehingga aku hanya bisa melihat dan mengerti dia dari jauh.

Suatu malam, Pras mengutarakan cintanya keadaku. Aku hanya diam dan tak bisa berkata. Aku bingung harus menjawab seperti apa. Besoknya ketika di sekolah, dia memaksaku untuk menjawab cintanya. Sejenak aku berfikir, apa dia cowok yang dibilang oleh sahabatku? Kalau masih banyak cowok di luar sana yang sedang menungguku.

”Ya” kepadanya sambil tersenyum kikuk. Saat itu, pertama kali Pras memegang tanganku. Saat itu ingatanku melayang pada Adi.

Satu tahun sudah aku jadian sama Pras. Aku sudah mulai sedikit percaya dengan dia, karena di sisi lain aku masih takut dikecewakan cowok kedua kalinya. Aku sudah cukup disakiti oleh cowok dan tak ingin kembali terulang kenyataan pahit itu. Ketiku cintaku sudah mulai tumbuh dengan Pras, Adi datang kembali ke hidupku. Ada dilema dalam hati ini. Jujur, masih ada rasa sayangku ke dia. Meskipun dia tela melukaiku. Namun aku mencoba lebih bijak, bagaimana dengan Pras?....

”Aku harus memilih mana antara kamu dan dia???. Aku bingung bukan karena rasa sayangku kepadamu. Tetapi aku bingung kenapa kamu dulu memilih cewek disaat kupercaya denganmu. Tetapi sekarang mungkin aku harus memilih. Aku harus memilih Pras. Ya, Pras. Cowok yang menemaniku disaat ku jatuh. Aku yakin, kamu mengerti dengan semua ini. Seperti ketika aku merelakanmu dengan cewek idamanmu. Aku yakin, ini yang terbaik diantara kita. Aku, kamu, dan dia.” Aku tinggalkan Adi di taman itu dengan perasaan abu-abu. Hanya wajah Pras sore itu menemaniku sepanjang perjalanan.

****