Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 25 Desember 2010

KEBAHAGIAAN YANG SALAH


Oleh: Farah Saufika Oktaviana

Berawal dari dunia maya, aku berkenalan dengan seorang cewek yang mebuat hidupku berubah drastis 180’. Awalnya hanya lewat facebook saja sampai akhirnya kita tukeran nomer hp dan bertukar pengalaman hidup yang pernah kita alami. Saat itulah aku tahu kalau dia seorang lesbian. Benar-benar nggak nyangka dan cukup kaget waktu ndengerin ceritanya.

Dari situlah tumbuh rasa suka pada dia dan tertantang hidup seperti dia. Awalnya Cuma iseng tapi lama-kelamaan aku sadar kalau akau suka sungguhan ma dia. Aku tak kuat menahan rasa ini, dan aku beranikan diri untuk ungkapkan semua rasaku ke dia. Eh,... sungguh kecewanya aku ternyata dia sudah punya kekasih wanita lain. Hmm,, sungguh sedih hati ini mendengarnya, tapi kesedihan ini tak meruntuhkan keisenganku untk mencinatai wanita.

Akhirnya waktupun menjawab kalau aku berpacaran dengan sahabatku sendiri. Dari situlah aku megerti kebahagiaan menjadi seorang lesbian. Meski sekja tapi benar-benar indah. Rasa isengku pun mulai runtuh dan menjadi sungguhan.

Setelah putus rasanya ingin sekali bertualang mencari cinta para wanita. Cukup senangnya hatiku berulang kali mendapat wanita cantik yang memberikan keindahan dalam hidupku. Tapi semua berbeda, saat aku berpacaran dengan cewek tomboy, dia benar-benar membuatku gila padanya. Ingin sekali rasanya hidup bersamanya sampai tua.

Ketika perilakuku diketahui orang tuaku, aku tak ambil pusing. Meski selalu menyindir dengan haramnya pelaku lesbian, tapi aku tak bergeming. Karena hanya dengan beginilah aku bahagia. Sementara kisah cintaku dengan cewek tomboy hanya berlangsung sebulan setengah, kebahagiaan itu hancur karena dia kembali ke mantan wanitanya dengan pertimbangan tertentu. Benar-benar tak rela hati ini melepasnya sebab diantara kita msaih ada cinta. Sampai akupun rela memintanya untuk menjadi selingkuhannya. Dan dia pun setuju.

Perselingkuhan ini cukup aman meskipun sakit rasanya, tapi sedikit masih menyisakan kebahagiaan di hatiku.kebahagiaan semu ini akhirnya hancur juga, saat dia mengenalkan pacarnya yang membuat hubunganku dengan dia hancur. Sungguh teramat sakit tak tertahan, hingga aku mencoba bunuh diri minum minyak wangi. Eh... malah ketahuan, lalu dimarahin habis-habisan.

Semenjak bunuh diri gagal, aku pengen kembali normal menempuh arus kodratku yang seharusnya dengan cowok.. tapi setiap dekat dengan cowok, terbit perasaan tak nyaman. Mungkin perasaanku suka sama cewek masih begitu besar. Saat terpuruk inilah, kawan-kawan sesama lesbian memberiku dukungan moral, sehingga rasaku menjadi lesbi tetap ada dan makin tumbuh subur.

Saat itu pula aku mengakiri masa lajangku dengan memacari dua cewek sekaligus, meskipun kedua cewek tersebut luar kota, namun sudah bisa membangkitkan minat hidupku lagi. Sering pula aku bermimpi punya pacar di kotaku sendiri, tapi faktor lingkunganlah yang tak mendukung. Setiap ada kaum lesbian, mereka selalu menggunjing dengan kasar dan dipandang hina.

Memang benar, kaum lesbian itu melawan arus kodrat, tapi tak berarti hak kita diambil. Menurutku, malah bukan cercaan yang membuat sadar kaum lesbi sepertiku, seharusnya mereka merangkul dan tak sekedar menjatuhkan saja. Seabagai manusia, rasa mencintai itu sebuah kodrat. Permasalahannya, bila cinta kita harus melawan arus seperti ini. Mencintai sesama jenis. Toh, banyak juga yang pernah mau berubah tapi kebanyakan gagal. Huft..!! kini kau lesbian hanya menunggu dan bersabar semoga kita dapat segera diberi cahaya untuk masa depan.

****