Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Jumat, 18 Desember 2009

Lelaki Tua dan Laut


Judul : Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and The Sea)
Pengarang : Ernest Hemingway
Penerjemah : Yuni Kristianingsih P.
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Kota terbit : Jakarta
Tahun/cet. : 2009/2
Jumlah hal. : 138
Ukuran : 21 cm; 15 cm

Lelaki Tua dan Laut merupakan novel terakhir pengarang legenda
ris Amerika, E. Hemingway, yang mengantarnya meraih nobel sastra pa
da tahun 1953. Sampai kini, karya terbesar mantan tentara ini telah di
cetak ke berbagai bahasa di belahan dunia. Sehingga masuk kategori
sastra klasik sekaligus diakui sebagai warian sastra dunia.

Novel ini mengisahkan kegigihan lelaki tua ketika berburu ikan di
alutan lepas. Menggunakan latar tempat di Kuba, Pelaut tua memutuskan
berangkat seorang diri ke laut pada hari ke-85. Teman berburunya, bocah
kecil, yang juga sahabatnya tidak turut serta. Padahal sebelumnya, selama
84 hari mereka bekerja sama melaut. Tampaknya, sahabat kecil itu putus
asa, sebab hasilnya mengecewakan.

Pelaut Tua itu akhirnya berlayar sendiri ke tengah laut lepas. Dengan
berbekal semangat dan optimisme, tubuh ringkihnya tidak membuat ia
gentar. Banyak peristiwa-peristiwa menegangkan dan mencengangkan
dialaminya, termasuk sekawanan hiu mencecar Ikan Marlin yang terperangkap dalam jalanya. Terkadang rasa gentar dan was-was itu muncul ketika disadarinya sendirian di tengah laut lepas sendirian tanpa kawan. Tetapi berkat semangat, kerja keras dan pantang menyerah, semuanya menjadi mungkin.

Secara alur, novel ini bisa dibilang sederhana. Namun, peristiwa yang terjalin di dalamnya cukup memukau. Kelebihan Lelaki Tua dan Laut terletak pada penggambaran konflik batin yang dihadapinya. Optimisme melawan pesimisme, kekuatan melawan ketidak berdayaan, dan kesabaran dengan keputusasaan saling menjegal dan mengalahkan.

Kata-kata terbaik sekaligus menjadi filosOfis tokoh utama yakni MANUSIA BISA DIHANCURKAN TAPI TIDAK BISA DIKALAHKAN. Pada kondisi terjepit, ketika hiu galanus menyerang perahunya. Dengan sekuat tenaga ia menghujamkan pisau kecilnya pada kepala hiu. Dan itu berkali-kali dilakukannya tanpa rasa gentar. Dari sinilah kita bisa meniru semangat tempur Lelaki tua ini pada situasi segenting apapun. Novel ini sisi penguat motivasi tidak kalah dibanding buku-buku motivasi di pasaran. Bila ini terlalu hiperbola, lebih baik kita membaca kemudian membandingkannya.

Tidak ada gading yang tak retak, begitulah pepatah menggambarkan jika di dunia tak ada yang sempurna. Bila konflik batin tergarap serius, konflik fisik tidak begitu. nampak sekali adegan-adegan fisik yang kurang kuat penggambarannya. Ini bisa kita simak pada pertarungannya dengan hiu. Begitu gampang lelaki tua tersebut membunuh hiu. Kesederhanaan ini justru menimbulkan pertanyaan, apakah pengarang mengerti dengan yang diceritakannya? Namun begitu, clah ini bisa ditutupi dengan kepiawaiannya membangun karakter tokoh utama.

Pada akhirnya harus kita akui jika karya hemingway ini bukan sekedar novel. Sikap hidup yang menjadi filosofi tokoh utama memiliki niali-nilai tak terukur di kehidupan nyata. Hemingway tidak sekedar bercerita, tapi dia mengendapkan kekuatan untuk bertahan dan terus mencecar sehingga mengkristal dalam karakter okoh utamanya.

Minggu, 29 November 2009

baru kemarin; kak Nana

aku masih melangkah sore itu...
masih tertatih-tatih menyambut mimpi.

aku lupa
baru kemarin kakiku tumbuh.

"Tenanglah dikh, aku di belakangmu", suara itu menggema.
tapi mulutku tertutup. cuma ada Hp, bawang dan komik.

suatu sore yang cerah, senja tertata menyilang membalut kaki kecilku.

"Dikh, ka2kmu yang cwakep ni kn brnjak plg
kkampung hr kamis.. Maap klo nda2k, tp mo gmn
lg...Doain y... N jgn lp komik gw bu...
" suara itu
menggema.
tapi mulutku tertutup. cuma ada Hp, Bawang, dan komik.

aku masih melangkah sore itu.

Tuhan, suara ini pertama kali kudengar beberapa tahun lalu....
sore itu kembali ku dengar suara ini

besok aku tetap akan melangkah, entah...
suara itu mungkin juga ada besok.

"beberapa tahun lalu, aku ke sini pertama kali, sore hari dengan
sepeda ramah lingkungan." suara itu menggema.
tapi mulutku tertutup. cuma ada Hp, Bawang, dan komik.

baru kemarin aku melangkah.
sore ini baru kemarin.
...................................Surabaya, menjelang kepergian kak Nana.

Monumen daging sekilo


daging sekilo untuk saudaraku. saudaraku beribu jumlahnya.
Mana cukup untuk keluargamu?

Anjuran dari kami:

Kamu harus berangkat pagi.
seusai subuh berkemaslah. bawa si kecil serta.
Merapatlah ke pintu gerbang. tapi bekalmu tidak hanya seporsi nasi.
nyawa si kecil di pelukmu itu sudah cukup.

ingat ya, budayakan antri. kalau kepepet,
terjang saja.

good Luck saudaraku. ^_^
.................................................sby, 29 Nov 2009

salam kompak : untuk Fadjroel Rahman



selamat pagi saudara. Tekan terus
bel-bel rumah berkaca. jangan ambil pusing perihal penghuninya.
Saudara tekan terus hingga berdentang.

jangan sungkan bernyanyi, bila itu perlu.
berkicaulah terus seperti kami, sekawanan burung tanpa bulu.

jangn pernah surut, hadirkan ombak yang tak terduga sebelumnya
kami adalah pasir yang siap menggaramimu
menggarapmu menjadi parlemen bening.

kawan, tarik urat lehermu sebisamu.
sampai pintu bobol. meski tak bisa bobol.

tekan terus bel-bel rumah berkaca itu. kami yang buka pintu
..............................................Surabaya, 29 Nov 2009

Jumat, 27 November 2009

Mengawal Waktu Di Ujung Dermaga


Bulan November telah sampai di penghujung.

Sebentar lagi tahap pamungkas, Desember menganga laksana ozon.

Waktu akan melebur. Mencengkram pundak ini lalu membuangnya ke jurang. Langkahku tertatih, menyeruak musim yang baru berganti. Hijau kemuning terbang merendah bersama sapuan angin darat yang selalu berjaga. Kehidupan kan kembali.

(Anda sudah siap mati?)

Penghujung menjadi tepi bila kita memahami pertanda ini.

Penghujung juga menjadi api andai kita menyalahi arti.

(Lalu kapan penghujung menjadi ujung)

tibalah kita pada satu titik. Titik kecil yang menusuk bola matamu

pada dermaga yang enggan bersuara. Pada kerumunan massa yang berdendang nada-nada muram.

bola matamu yang ketar-ketir

mari jaga ucapan sebisa kita. jaga nada sesuka papa. jangan bicara seperti mereka. berhenti bergunjing segera.

Bulan November telah sampai di penghujung.

kita semakin muda. kita segera pudar.

tahunpun menyendiri lagi. berganti lagi. terus demikian sampai kita lupa.


Surabaya, 28 Nov 2009

Senin, 16 November 2009

Dongengan Sang Hero


Sebuah waktu yang enggan di deteksi para ilmuwan.
Tersebutlah sebuah negeri besar lagi kaya. besar jumlah penghuninya. kaya koruptornya. besar hutang luar negerinya, mokong cukong-cukongnya.

Penghuninya saling tikam. saling tuding. caci-mencaci,. demo-demoan. dan sementara itu pahlawan kesuma bangsa, yang pertaruhkan nyawanya harus terbujur kaku di pekuburan ini.

dengarkan, aku hendak bercerita pada kalian. tentang sebuah dongeng bernama Pahlawan.
Ya, pahlawan.. Pahlawan bertopeng dan yang tak punya topeng.
Pahlawan yang miara cicak. Pahlawan yang miara buaya.
Pahlawan yang menilap uang rakyat untuk kebahagiaan anak dan isterinya.
dan pahlawan yang enggak punya jam beker. sehingga bangunnya selalu kesiangan. alias pahlawan kepagian. serta pahlawan yang tak bertanda.

dengarkan. kita semua adalah pahlawan. hanya pikiran piciklah yang mengkontruksi makna pahlawan. pejuang yang mati membela bangsa. padahal, pahlawan ada di mana-mana.
dan kita semua adalah pahlawan. pahlawan atas kepentingan kita. nafsu kita. kebejatan kita. keluhuran kita. dan mimpi-mipi ortu kita.

dengarkan. periksalah catatan kita tentang dongeng-dongeng yang telah menguap. tentang pahlawan yang terbujur kaku. membiru dan membeku. juga membusuk.
Coba liat seksama. nisan-nisan ini.
Anda mendengar suara tawa?
Anda menangkap senyumannya?
Apakah anda justru tidak apa-apa?

Coba jangan menyerah. pahami suara ini.

"KAMI BICARA PADAMU DALAM HENING DI MALAM SEPI
JIKA DADA RASA HAMPA DAN JAM DINDING YANG BERDETAK.
KAMI MATI MUDA. YANG TINGGAL TULANG DILIPUTI DEBU.
KENANG-KENANGLAH KAMI.

KAMI CUMA TULANG-TULANG BERSERAKAN
TAPI ADALAH KEPUNYAANMU
KAULAH LAGI YANG TENTUKAN NILAI TULANG-TULANG YANG BERSERAKAN

ATAU JIWA KAMI MELAYANG UNTUK KEMERDEKAAN, KEMENANGAN DAN HARAPAN
ATAU TIDAK UNTUK APA-APA
KAMI TIDAK TAHU, KAMI TIDAK LAGI BISA BERKATA

KAULAH SEKARANG YANG BERKATA" (CH-aw)

Anda sudah mendengar bukan? jadi buat apa kita berdongeng? buat apa ngeributin cicak? ngomongin koruptor? nggosipin buaya? menghujat sana-sini. malu. malu seharusnya kita
pada yang telah menjadi tulang.

dengarkan, marilah malam ini kita berbuat keadilan. membeli racun tikus. lalu menggaknya sampe mampus. karena itu lebih terhormat ketimbang hidup dalam kegagalan.

suatu saat, ibu akan berkata pada anaknya......
"jangan nangis nak, negeri ini pasti akan aman. gemah ripah loh jinawi. tapi nanti. setelah ibumu nyusul bapakmu mati. setelah kamu mati"

Penghuni negeri itu pun berduyun-duyun ke sorga. koruptor menyambut dengan gegap gempita. ada yang ngebawa cicak. nnunggang bguaya. koruptor menyambut kita. meninggalkan pahlawan kesuma bangsa jauh di belakang. mari bersatu.
MERDEKA DAN MATI.
................................Surabaya, 9 November 2009.

KajianHermenutika puisi "Ode Bagi Burung" karya Abdul Wachid BS

Latar Belakang
.......Sastra merupakan seni yang bermedium bahasa. Bahasa sastra mempunyai ciri khas tersendiri dalam perwujudannya. Sehingga untuk menginterpretasikan wacana sastra, tidak hanya terlibat dengan sistem bahasa semata, tetapi juga harus mengetahui sistem sastra. Sastra merupakan sistem tanda sekunder yang membentuk model, tergantung dalam hubungnnya serta seringkali dalam pertentangannya dalam bahasa (Lotman dalam Teeuw, 1988:99).
......Pemahaman karya sastra, selalu melibatkan konteks. Konteks yang dimaksud merujuk pada genre tertentu, metode yang digunakan dan realitas dimana sastra itu berada. Pada makalah ini, kami mengkaji sub genre sastra yakni puisi yang berjudul “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S Metode yang dipakai yakni hermeneutika. Metode ini berupaya memahami fenomena sastra secara mendalam. Melalui pemahaman gramatikal (sistem bahasa) dan penafsiran berdasarkan konteks wacana

Rumusan masalah
1. Bagaimanakah makna puisi yang berjudul “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S secara gramatikal?
2. Bagaimanakah makna puisi yang berjudul “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S berdasarkan konteks wacana?

Tujuan penelitian
1. Mengetahui puisi yang berjudul “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S secara gramatikal
2. Mengetahui makna puisi yang berjudul “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S berdasarkan konteks wacana

Telaah Pustaka
Pengertian puisi
........Pradopo (2005:7), memberikan definisi yang merupakan hasil penyimpulan terdapat pendapat beberapa kelompok ahli. Menurutnya ada tiga unsure pokok dalam puisi: pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah pesannya, di mana semua tertangkap dengan media bahasa. Jadi menurut Pradopo, puisi iru mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang panca indera dalam susunan yang berirama.
.......Menurut Rifaterre puisi itu menyatakan sesuatu yang tidak langsung, menyatakan suatu hal yang mempunyai pengertian lain. Ketidak langsungan ini menurutnya disebabkan olehtiga hal, yaitu displacing (penggantian arti) terjadi pada metafora dan metonimi, distorsing (penyampingan arti) terjadi pada ambiguitas, kontradiksi dan nonsense dan creating (penciptaan arti) terjadi pada pengorganisasian ruang teks, persejajaran tempat, enjambement, dan tipografi (Pradopo, 2005: 12-13).

Puisi Ode Bagi Burung karya Abdul Wachid B.S
Berikut puisi Ode Bagi Burung karya Abdul Wachid B.S secara lengkap dalam (Rampan, 2000).
Ode Bagi Burung
Oleh: Abdul Wachid B.S
Burung yang kau lepas itu
Mendadak melepas bulu-bulunya di udara
Matahari kota besar ini meranggasnya
Hingga ia jatuh ke tanah dan debu

Apa lagi yang kau harapkan dari bekas kepaknya
Diantara orang ramai yang tak pernah kembali
Di trotoar, ke pasar, ke ceruk kegelapan
Tak memanggili ayat-ayat yang dikicaunya dulu

Burung yang kau lepas itu
Kini bersimbah darah, dan mandi debu
Orang sunyi mengenali yakni hatimu
Yang tak lagi memanggili dirinya sendiri

Di trotoar sepi jalanan waktu
1994

Pengertian hermeneutika
Ratna (2009: 45), secara etimologis hermeneutika berasal dari kata hermeneum, bahasa Yunani, yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan. Hermeneutika diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi tak mengerti (Djojosuroto, 2009:238).
2.4 Hermeneutika dan sastra
Dalam penelitian sastra hermeneutik memiliki paradigma tersendiri. Menurut Ricoeur (Sumaryono, 1999:106), hermeneutik berusaha memahami makna yang ada di balik struktur.pehaman makna makna, tidak hanya pada simbol, melainkan memndang sastra sebagai teks. Di dalam teks ada konteks yang bersifat polisemi. Maka, peneliti harus menukik ke arah teks dan kontes sehingga makna teks utuh. Metode ini meminjam gagasan bahwa semua pemahaman itu dikondisikan oleh pengetahuan sebelumnya yang dimiliki interpreter dan bahwa pemahaman itu diputuskan melalui interpretasi, dengan demikian menciptakan kondisi baru bagi pemahaman (Titscher dkk, 2009:326)
Penafsiran teks sastra setidaknya, akan mengikuti salah satu atau lebih dari enam pokok rambu-rambu, yaitu:
1. Penafsiran yang bertitik tolak dari pendapat, bahwa teks sendiri sudah jelas.
2. Penafsiran yang berusaha menyusun kembali arti historic
3. Penafsiran hermeneutika baru terutama yang diwakili oleh Gadamer berusaha memadukan masa silam dan masi kini.
4. Penafsiran yang bertolak pada pandangannya sendiri mengenai sastra
5. Penafsiran yang berpangkal pada suatu aspek tertentu, misalkan dari aspek psikologis, sosiologis, politik, moral dan sebagainya.
6. Tafsiran yang tidak langsung berusaha agar memadahi sebuah teks diartikan, melainkan hanya ingin menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang tercantum dalam teks, sehingga pembaca sendiri dapat menafsirkannya. (Djojosuroto, 2009:247-248).
2.5 Langkah analisis hermeneutika
Langkah analisis hermeneutika oleh K.M.Newton dalam (Djojosuroto), mengemukakan dua hukum.
1. Penafsiran gramatikal
Penafsiran ini didasarkan pada penggunaan bahasa scera umum yang dipakai oleh penulis.
2. Penafsiran berdasarkan konteks dan wacana
Penafsiran ini didasarkan pada pemerian simbol-simbol yang terdapat dalam teks. Hal ini pemahamannya meliputi sistim sastra dan budaya.

Pembahasan
Penafsiran puisi “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S secara gramatikal
Secara gramatikal kita bisa menafsirkan puisi“Ode bagi burung” menurut sistem bahasa secara umum sebagai berikut.
Bait pertama
Bait pertama aku lirik mengemukakan sesuatu terhadap tokoh “kau”. Di sini ada dua hal yang menarik, yaitu: apakah aku lirik menceritakan sesuatu yang diketahui oleh “kau” atau belum diketahui.
Burung yang kau lepas itu
Mendadak melepas bulu-bulunya di udara
Matahari kota besar ini meranggasnya
Hingga ia jatuh ke tanah dan debu
Aku lirik menyatakan kepada tokoh “kau” bahwa burung yang telah dilepaskannya ke udara bebas telah terjatuh ke tanah yang penuh debu. Mengapa? Karena matahari di kota besar ini telah meranggasnya.
Bait kedua
Awal bait kedua dimulai dengan pernyataan yang mempertanyakan implikasi dari realita di bait pertama. Yakni burung milik “kau” yang terjatuh setelah dilepaskan ke udara bebas.
Apalagi yang kau harap dari bekas kepaknya
Baris ini mengindikasikan jika aku lirik dan lawan bicaranya mempunyai ikatan emosional. Maksudnya aku lirik melihat bila burung yang telah jatuh itu tidak akan pernah bisa terbang lagi. Padahal burung tersebut merupakan sesuatu yang berharga bagi tokoh “kau”. Terlihat di sini aku lirik tidak hanya sekedar memberi tahu, tetapi lebih memberikan pandangan dari perspektifnya sendiri terhadap permasalahan ini. Hal ini dipertegas oleh baris selanjutnya.
Diantara orang ramai yang tak pernah kembali
Di trotoar, ke pasar, ke ceruk kegelapan
Tak memanggili ayat-ayat yang dikicaunya dulu
Itulah argumen dari perspektif yang hendak diajukan tadi. Bahwa tidak ada seorang pun yang memanggili kicau burung yang telah terjatuh ke tanah.
Bait ketiga dan keempat
Bait ketiga menjelaskan sekaligus mempertegas realitas yang terjadi pada burung malang itu pada tokoh “kau”. Bahwa burung tersebut kini berdarah dan berdebu akibat terjatuh dari udara.
Burung yang kau lepas itu
Kini bersimbah darah, dan mandi debu
Baris selanjutnya cukup menarik untuk kita simak. Karena di sini penyair membicarakan orang ketiga.
Orang sunyi mengenali yakni hatimu
Yang tak lagi memanggili dirinya sendiri
“Orang sunyi” dan kata ganti milik orang ketiga (-nya) dari “dirinya” memunculkan teka-teki. Siapakah yang dimaksud “orang sunyi”? Pada tataran ini tidak begitu penting siapa yang dimaksud. Lalu kata “mengenali” bila kita kaitkan dengan baris sebelumnya, berarti yang dikenali oleh “orang sunyi” sebagai hatinya “kau” merupakan burung itu sendiri. Perhatikan bait ketiga secara utuh.
Burung yang kau lepas itu
Kini bersimbah darah, dan mandi debu
Orang sunyi mengenali yakni hatimu
Yang tak lagi memanggili dirinya sendiri
Pada bait keempat, aku lirik mencoba memberikan sebuah kesimpulan terhadap permasalahan yang dihadapi “kau”, yakni kesepian itu telah datang di setiap waktu baik itu di jalan maupun trotoar tempat pejalan kaki lalu lalang.
Di trotoar sepi jalanan waktu

Penafsiran puisi yang berjudul “Ode bagi burung” karya Abdul Wachid B.S berdasarkan konteks wacana
Berdasarkan penafsiran gramatikal, kita bisa melangkah kepada penfsiran konteks wacana. Penafsiran ini merupakn inti dari pemaknaan terhadap sebuah karya sastra. Langkah analisis yang dikerjakan pada tataran ini yaitu mengidentifikasi simbol-simbol untuk dicari maksudny secara filosofis.
Bait pertama
Isu utama yang diangkat dalam puisi ini yakni perihal burung jatuh setelah dilepas ke udara bebas oleh pemiliknya. Seekor burung yang dilepas pada konteks ini merujuk pada sebuh kebebasan yang diharapkan oleh pemiliknya (baca: kau). Kebebasan itu bisa berwujud impian atau cita-cita.
Ternyata kebebasan itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Matahari kota besar ini meranggasnya. Hingga ia jatuh ke tanah dan debu. Matahari di kota besar merupakan kesenjangan sosial di perkotaan. Inilah penyebabnya mimpi yang terbangun optimisme tinggi ini gagal.
Pada kehidupan sehari-hari, kota besar mengindikasikan kehidupan yang lebih modern dibanding pedesaan. Hal inilah yang mendasari urbanisme meningkat. Banyak penduduk desa pergi ke kota untuk mewujudkan mimpinya. Yakni penghidupan yang lebih baik. Meskipun faktanya, kesengsaraan justru dihadapi kebanyakan orang-orang urban.
Mimpi yang gagal seperti tersirat di bait pertama , merupakan mimpi-mimpi orang-orang urban. Matahari kota besar ini meranggasnya. Jadi tokoh “kau” sendiri adalah orang yang menambatkan harapannya pada kehidupan kota (baca: orang urban).
Dari bait pertama, kita bisa mengartikan jika aku lirik sedang membeberkan fakta terhadap orang urban. Mimpi dan cita-citanya untuk hidup layak di kota besar kini tinggal kenangan semata.
Bait kedua
Apa lagi yang kau harapkan dari bekas kepaknya. Sebuah pertanyaan ditujukan terhadap sebagian orang urban yang masih mengharapkan suatu saat kehidupan mereka lebih baik lagi. Pertanyaan yang tidak perlu jawaban lagi, karena aku lirik kemudian memberikan argumentasi jika sudah banyak orang yng bernasib serupa, sudah melupakan mimpinya. Tak memanggili ayat-ayat yang dikicaunya dulu. Kini yang ada, mereka menyusun lagi mimpinya untuk sekedar bertahan hidup.
Dari bait ini, aku lirik mencoba menjelaskan jika hidup di kota besar hanya mengandalkan mimpi saja tidak akan ada gunanya. Banyak cerminan kasus serupa, orang-orang mengubah mimpinya untuk sekedar bertahan hidup di tengah kemawahan yang ditawarkan kota. Jauh dari harapan semula.
Bait ketiga dan keempat
Kehadiran tokoh ketiga seperti orang sunyi dan dirinya cukup menarik. Orang sunyi ini bisa merasakan bagaimana nasib orang urban yang tragis ini. Orang sunyi mengenali yakni hatimu. Tokoh ketiga ini (baca: orang sunyi), tidak lain adalah aku lirik sendiri. Di sini aku lirik berbicara kepada orang lain. Yang tak lagi memanggili dirinya sendiri. Ia membuka pandangan lawan bicaranya terhadap masalah yang sedang dihadapi dari perspektifnya. Kelihatan sekali jika aku lirik benar-benar yakin dengan apa yang ia utarakan. Sebab dia sendiri merupakan orang urban yang pernah bercita-cita hidup layak di kota besar. Namun sekarang, ia melupakan mimpinya. Di trotoar sepi jalanan waktu.


DAFTAR PUSTAKA


Djojosuroto, Kinayati. 2007. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pradopo, Rachmad Joko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritk, Dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rampan, Korrie Layun.2000. Angkatan 2000 dalam sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumaryono, E. 1999. Hermeneutika: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Titscher, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Diindonesiakan oleh Gozali dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
Wellek, Rene dan Austin Warren, 1990. Teori Kesusasteraan. Diindonesiakan oleh Melanie Budianta. Jakarta: Gramedia

Selasa, 20 Oktober 2009

Ongkos kirim

Suara kematian itu memanggilku. Untuk sebuah ketetapan
yang tergurat jelas pada berlembar-lembar kerut di keningku.
Samar tak terbaca..

Sebuah memori panjang tertata sudah.
ada nisan. ada bunga. ada kamboja.
Aku adalah tanah bergunduk merah, menjelma
manusia kering tak berakar.

Suara kematian itu memanggiliku.
Pagi itu aku belum siap. dan mungkin tak akan siap.
karena aku adalah Manusia/
........................................Surabaya, 20 Oktober 2009.

Kamis, 17 September 2009

Sajak Retno Pambayun

Manghayu Bagyo Yuswa
Pitungdoso Setunggal

sujud syukur ing ngarsani gusti
pepadanging jagad sing ra tau sat
kepilihke umat sing mruwat
institusi kang edi peni
IKIP PGRI njalmo UNIPA SUROBOYO
mundak tahun mundak digdaya
seantero jagade manungso

ra iso dinugo....
yen ra ana panjenangane...
Bapak Masini Atmadji
sing teduh wicaksana
hangayahi warna-warni warga institusi

ana sing pada-pada tuwo
ana sing setengah tuwo
ana sing isih mudha,

akeh panggraitane
akeh gegayuhane
akeh penthalitane
hananging,
yen wis kecekel astane
iso......
srep....
lerem......
adhem.......
mbarengake langkah warga laku podho anggayuh cita
“Unipa raharja sak dhawane warsa”
sugeng hangayubagyo yuswo katur
Pitung ndoso setunggal
mugi tansah rahayu widodo panjang yuswo
lir ing sambi kala, amien
25 Desember 1937-25 Desember 2008
Danuwati Pambayun/Retno DanuRusmawati
21-12-2008

Untuk Pak Masini Atmadji dan Keluarga
Ass.Wr.Wb

Kala hati teriris tipis pedih
Kala air mata berubah darah
Kala cita patah......
semangatmu tetap menyala
membara........
di badan renta
kerendahan hatimu nyaris
tak tertandingi
senyum dikulum penuh arti
saksikan ragam laku warga institusi
yang ada..............
sosok wibawa yang dicintai keluarga
tak pernah mendua
tak pernah berisik keluarga murka
adanya..................
keluarga bahagia sejahtera
dengan sejuta mutiara
terima kasih pak Masini
sudah percaya kita
menjadi bagian Adi Buana
mengajak berhati terbuka
mengajak menerima apaadanya
mengajak jadikan Unipa jaya sepanjang masa
semoga ridha Allah Yang Kuasa
mengiringi perjuangan kita
amin.............................
Fasta bi'ul qoirot
wass. wr. wb.
Danuwati Pambayun/Retno Danu Rusmawati
21-12-2008

AH, mati saja.

pelor panas mendesing
menghujam kata
muncrat darah
ah..............

jiwa hitam
kelam
tertimbun angkara
menggertak dalam setiap gerak
berkoar
ah......

wahai jiwa-jiwa yang mati
menangislah
oleh desingan pelor panas
di ubun-ubunmu
di matamu
dalam nafasmu

menggeletar
ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Minggu, 13 September 2009

Doa anak muda yang belum menikah

ya Allah, aku lesu. ku penat
..........aku mau rebahkan pikiranku
..........aku mau sembunyikan tubuhku dari dunia ini.
..........aku juga ingin menikah

ya Rabb, maalm telah larut
.........hanya ada aku dan nafasku
.........tanpa malaikat.
.........pikiranku mengeruh. berdebu. usang.
..............tapi aku ingin menikah. menikahi pikiran-pikirn bersih yang sering kujumpai di tempat peribadatan.

ya Tuhan,
.........aku menyerah dalam pusaranmu.
.........wajahku bersatu dengan tanah. tanah yang diinjak manusia. manusia yang bangga dengan kekerdilannya.
........tapi, aku bangga. bangga menjelma tanah. tanah asalku dicipta-Nya. tanpa sengketa.

Ya Allah,
sAya ingin menikah.
pengantinnya keridhonMu.
maharnya nyawaku.

SAJAK INI SAKSINYA.
...................................SEPTEMBER 2009.

Rabu, 26 Agustus 2009

Cerita tentang sesuatu yang ada dan yang entah ada

kita sering berbicara sebelum semuanya terbeku.

Suatu sore yang cerah, secangkir kopi dengan asap-asap pabrik mengepul diantara kita. kita saling bercakap. bercakap tentang kita.

aku tak serantan mengalir kalimat tak beralur.
engkau berlambat menumpah wejangan di setiap cecapan kopi. kita terus bercakap. bercakap tentang kita. tanpa tahu siapa pendengarnya.

nanti kita akan diam. diam untuk bicara. bicara di alam sendiri. sendiri yang ada. sendiri yang entah ada.

Minggu, 16 Agustus 2009

Pemuda yang "merdeka"..


seorang pemuda bertanya tentang kemerdekaan negerinya. di mana?
seorang pemuda terasing dari bumi pertiwinya. di mana?
seorang pemuda tak tahu di mana dirinya. di mana?
seorang pemuda tak tahu siapa dirinya. di mana?

seorang pemuda kini lupa kemerdekaannya.
...........memandang cakarawala yang tak kunjung padang
...........bersumpah serapah menjelang ajal menjelang. di mana?
...........tak ada yang tahu.

seorang pemuda dan ibu pertiwinya.
...........terisak-isak sambil ketawa lepas. di mana?
...........tak ada yang tahu.

seorang pemuda dan dirinya
..........saling berkaca di cermin waktu
..........tanpa apa-apa. hanya asap. di mana?
.........tak ada yang tahu

Minggu, 02 Agustus 2009

Meledak lagi tuanku?


kau meledak lagi tuanku, memuat sepenggal asa
yang aku punya.

kau ledakkan lagi tuanku, memutus jalur-jalur
yang sudah terulur

kau ledak-ledak lagi tuanku, memupus senyum anak negeri
yang belajar berdiri

lalu kau meledek tuanku, melihat kami kehilangan jari
melihat kami berpupus mimpi

kau kapan meledak tuanku? mimpi kami terputus

Rabu, 15 Juli 2009

Musim Duka

Aku harus pergi meninggalkan semua kepenatan hidup.
melarikan keabadaian luka yang terus mengejar
....................................2009

Kamis, 30 April 2009

MEMILIH dia

MEMLIH dia

Sebatas kemampuanku mengunyah permen karet. Kuraba celakamu para penjajal imperium kecil. Aku sudah dewasa sekarang, sama besarnya dengan kapal-kapal pesiar. Demi bel-bel kereta sore itu dan orasi-orasi demonstran setiap hari juga celoteh mereka. Aku sudah dewasa sekarang.
Bila aku memilih sketsamu di birunya langit kotaku, hanya. Sebatas mengunyah permen karet. Nyam-nyam-nyam-nyam
Swing-swong-swung
Berkatalah ketua….
Swing-swong-swung
Diamlah
Swing
Ayo memilih
Swong
Apa?
Swung
Ya.

Berjingkrak kembali berpura-pura
Berputar sedikit bujah bujah bujah
Crut crurut crurut crururururururut
Sendok dan piring berjatuhan
Kerompyang-pyang-pyang-peyang
Ayo memilih gerak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Gerger-gerger-gerger
Mo
Gerger-gerger-gerger
imis

Swing-swong-swung
Tanpa gerak
Dunia mengkeret
Tanpa ketua
Swing-swong-swung
Kamu bias apa?

Muhammad Shodiqin_PBSID/07-A

YA RASUL KAMI

Pada permulaan waktu
Ketika tentara abrohah dengan pasukan gajahnya
Menyerbu Makkah-mengincar ka’bah
Dan burung-burung ababil yang
Di kakinya mencengkeram bebatuan neraka
Segera menghalau mereka, pasukan gajah

Ya Allah-Ya Rabb, Yang Maha Perkasa dan
Maha Merencanakan Sesuatu

Dari rahim bunda Aminah lahirlah hambaMu
Yang kelak menjadi cahaya bagi umat manusia di muka bumi.
Penegak seruan Laailahaillallah
Di tengah-tengah kejahiliahan semasa itu

Dalam bentangan seribu masa
Hingga kini, seruan itu menjadi darah kami
Menjadi nyawa kami

Ya Al-amin, Ya Muhammad Ya Rasullulah

Malam ini
Kuuntai sajak-sajak untukmu

Ya Muhammad bin Abdullah
Pelita zaman dengan Islamnya
Yang menjadi karunioa terindah dalam
Hidup kita semua

Ya Rasulku……
Malam ini kami bersenandung untukmu
Bersama gugusan bintang
Dedaunan yang menari tertiup angin
Gedung-gedung bertingkat
Gunung yang menjulang tinggi
Ombak di sudut kota kami
Beserta senua makhluk di muka bumi
Semua duduk bersimpuh seraya mengucap
Shalatullah salamullah ‘ala toha rasulillah……..3x

Ya Allah Ya Rabb, Yang Maha Perkasa dan
Maha merencanakan sesuatu

Jadikanlah kami generasi yang selalu mencintai dan merindukan Rasul kami
Jadikanlah kami generasi yang selalu meneladani Rasul kami

Ya Al-amin, Ya Muhammad Ya Rasullulah

POTRET DI SENJAMU (1937-2008)

untuk: Kakek Tua
aku tidak mengenalmu, kakek….
Kakek tidak mengenalku, saya….

Disuatu perumpamaan yang berjalan lurus dalam
Kerat-kerat generasi
Disuatu hari yang berjingkat-jingkat
Menata senja

Kulihat wajahmu di senja itu dengan jarak 71 waktu
Dari 1937-2008 bilangan masehi
Aku tersenyum merangkai sajak,
Meski kata-kata sebatas nama.

Senyum di wajahmu
Menghantarkanku pada serentetan waena yang berliuk-liuk di batas angan
Meretas jejakmu
Yang tersamar pada huruf
Pada kata
Pada klausa
Pada kalimat
Pada alinea pun wacana

Yang berstruktur pada bentangan 71 waktu
Dari 1937-2008 bilangan masehi

Aku tidak mengenalmu, kakek
Kakek tidak mengenalmu, saya

Tapi diantara kita taka ada tembok berlin
Yang mengotak-kotak peradaban berlabel generasi
Karena kita adalah sajak
Karena kita adalah senja itu pada mulanya

Aku memanggilmu kakek mulai hari ini
Sesudah kereta api di kotaku
Perlahan memainkan gerbangnya melompati tiap jendela
Yang bercabang di ruas jemariku…

Aku tidak mengenalmu, kakek
Kakek tidak mengenalmu, saya

(di baca 71 kali-mulai dari 2008 berbalik lurus 25 meter menikung sedikit 12 meter ambil kanan di pertigaan sana. Jangan berhenti, lanjutkan pengembaraanmu melawat senja menembus 1937 monumen yang telah kau ukir)

Selasa, 24 Maret 2009

Tarian Bumi Sebuah Novel


Tarian Bumi merupakan tombak untuk mengkritisi adat istiadat kerbudayaan Bali. Novel karya Oka Rusmini ini mengisahkan perjuangan seorang perempuan bangsawan dari kasta brahmana, Ida Ayu Telaga Pidada. Tokoh ini coba mengusik kemapanan tradisi yang sudah mengurat dalam perkastaan di Bali. Lebih jauh lagi, tarian Bumi juga menyuarakan posisi perempuan yang selalu dinimor sekiankan dalam kebudayaan tersebut. Selain itu, Oka Rusmini semakin menegaskan integritas pengarang perempuan yang sekarang ini mulai menggeliat.

Novel ini mengisahkan kehidupan telaga, seorang perempuan dari kasta brahmana. ibunya merupakan perempuan sudara yang 'beruntung' disunting oleh seorang ida bagus. Luh sekar, demikian namanya, sesuai dengan tradisi berganti nama menjadi jero kenanga. Jero merupakan nama yang harus dipakai oleh seseorang perempuan sudra yang menikah dengan lelaki brahmana. Sementara ayahnya, merupakan bangsawan tulen. Karena nenek dan kakek dari pihak ayahnya, merupakan seorang ida bagus dan ida ayu. meskipun begitu, Telaga tidak menjumpai figur ayah pada lelaki yang menitipkan berjuta-juta benih kebangsawanan pada ibunya. Ia malah membencinya akibat kekejamannya pada istrinya sendiri, ibu Telaga.

Selasa, 24 Februari 2009

Jombang bersuka


Jombang seolah tidak pernah habis. Setelah seantero bergidik melihat sepak terjang Ryan (baca:Sang penjagal dari Jombang) yang kini telah meredup reputasinya, Jombang kembali beraksi. Seperti yang sudah-sudah, seantero negeri kembali terbius oleh fenomena unik satu ini. Pelakunya yakni, PoNari (IL Phenomenon) sang dukun cilik-small-alit. Seorang bocah SD kelas 3, kini melesat bak meteor, From Zero to Hero.
Betapa tidak, semenjak mendapatkan batu ajaib yang didapatnya ketika petir berseliweran, ia kini lantas berubah menjadi manusia penyembuh. Yah sekelas dukun gitu deh, dan lumrah dipanggil mbah Ponari. Semakin hari pasien yang datang berlipat-lipat, perharinya mencapai 8ribu-9ribu orang.Kebintangannya menjadi eksekutor penyakit menyeretnya jadi mega bintang di tengah persiapan pemilu Legislatif bulan April. Semua berita TV berlomba-lomba memberitakan dukun cilik tersebut.
Peristiwa ini begitu cepat mencuat, meninggalkan Ponari kecil yang suka bermain sama teman sebayanya. Tentu saja peristiwa ini menjadi gambaran memiriskan bagi kondisi bangsa ini. Masyarakat kita sudah terkonstruk menjadi manusia instan. Kita sudah payah dan lelah untuk berproses menjadi sesuatu, sehingga bila ada chance yang menawarkan kehidupan lebih baik, tak peduli mustahil atau tidak pasti segerea dibidik. Mengapa seperti itu? Pertanyaan yang mau tak mau harus kita ajukan. Permasalahannya yakni mencarialternatif jawaban yang memuaskan.. Untuk sementara biarkan terbuka, biar bebas menginterpretasikannya.
Akhirnya kita harus mengatakan bahwa Ponari dan fenomenanya merupakan siklus kehidupan masyarakat dewasa ini. Bangsa pemimpi yang hidup di negara nyata dengan berbasis pada hal semu, meski semua bukanlah mimpi yang sebenarnya. Biarkan Ponarisasi berproses mnjadi cambuk kemapanan bangsa yang kita cintai ini.

Kamis, 15 Januari 2009

Roket Zionis

Pagiku berpagi-pagi
berjalan sejenak di tempat tidur
meluncur seperti rudal Israel
menyentuh langit-menembus langit
tapi,langit yang mana?
nrem-brem-brem-brem-brem-brem
Pagiku berkawan televisi
pagiku hijau-pagiku hijau
pagiku berdemo di laut, pulangnya bawa ikan
oh,mulut ikan seperti roket zionis
dengarkanlah ikan itu
trem-trem-trem-trem-trem-trem

hahahahahahahahahahha
perang itu lucu
, ada yang tertawa melihat kakinya menjadi ikan
Aku ikut perang, tapi petir di tanganku membisu
Coba kau ukir mataku, rudal zionis melingkar di langit
T
U
R
U
N
ke bumi lalu seekor anak kucing mati. kasihan

Tak-tik-tuk-tek-tek-tek
ROBOT PERADABAN MENGGILAS KEPALAKU
BERJIBAKULAH melawan anak kucing
ketimbang BAYI-BAYI manusia