Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 25 Desember 2010

CINTA TAK HARUS MEMILIKI


Oleh: Fadilah Sari Surya Devi

Sarah seorang gadis berusia 17 tahun, siswa kelas 2 SMA. Dia berwajah imut dan ramah. Banyak teman cowok Sarah menaruh hati padanya. Tapi Sarah malu, karena dia hanya anak dari keluarga sederhana.

Sarah sering mendatangi Universitas Fakultas Kedokteran. Dia ingin mengenal sedikit tentang ilmu yang akan ia pelajari dua tahun mendatang, kebetulan kakak teman Sarah kuliah di sana. Diva teman baik Sarah sering megajaknya ke universitas Maju Jaya tempat Toni kakak Diva. Meskipun Diva tergolong kaya, namun dia tak membeda-bedakan teman. Sarah selalu ke rumah Diva untuk belajar bersama, Toni pemuda berusia 20 tahun yang gagah dan tampan. Srah begitu akrab dengan Toni. Kadang saling bertukar pendapat.

”Rah, kamu tidak pantes menjadi dokter. Masa Ibu dokter kurus kurang tenaga begini..”, seloroh Toni sambil cengar-cengir.

”yee, biar kurus tapi kan imut.” Sarah menjulurkan lidahnya.

Keakraan mereka berlanjut, Sarah pun lupa dengan komitmen yang ia pegang teguh. Karena diam-diam dia mengagumi Toni. Begitupun Toni, menyayangi Sarah melebihi dirinya.

****

Dua tahun berlalu, Sarah masuk universitas tempat Toni kuliah. Mereka bertambah akrab. Hubungan Toni dan Sarah semakin terjalin dengan eratt. Mereka berjanji tak akan menyakiti sama lain walau seandainya mereka tak bersatu. Karena Sarah tahu, orang tua Toni mempunyai calon untuk Toni, namanya Elfina. Sarah tahu, jika Toni tak sayang dengan Elfina. Tapi lebih tak mungkin lagi jika Toni bersama Sarah, karena selain ekonomi, mereka berlainan keyakinan. Sarah dan Toni tak mungkin mengorbankan iman mereka hanya kerena cinta. Karena Sarah ingin dia lahir dan meninggal dengan agama yang sama, begitu pula dirinya.

Akhirnya, setelah lulus kuliah tepat pada usia Toni ke 24 tahun, sekitar pukul 00.01 WIB, Sarah menghubungi Toni lewat sms.

”met ultah Toni. Semoga cinta kita abadi. Walau kau bersama dengan wanita lain.”

“Thanx, Sarah. Kamu orang pertama yang ucapin itu. Elfina saja tidak ingat ultahku. Sory Sarah, aku belum bisa bahagiakan kamu”

“Gak apa-apa Ton, aku udah bahagia lihat kamu bahagia. Meskipun kebahagiaan kamu terpaksa karena Elfina pilihan orang tuamu. Aku harap kamu tulus mencintai Elfina. Jangan kecewakan Dia. Udah dulu ya. Bye..”

”Sarah, aku nggak tahu harus berkata apa lagi. Kamu akan selalu kusimpan dihatiku. Nite..

Keesokan harinya, Toni dan Elfina bertunangan, Sarah pun hadir waktu itu. Dia tahu jika cinta tak harus memliki.

”selama orang yang kucintai bahagia, why not?’’

****