Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 11 Oktober 2008

Nyanyian Cinta

Perjalanan cintaku telah melampaui
Lingkaran yang tak benar-benar
bulat
Sepotong wajah-sepenggal kenangan
seurat nama-tergadaikan
Garis lurus yang diapit gedung-gedung pencakar langit
menenggelamkan pamorku disaat bintang-bintang bercengkrama dengan bumi.
Begitu pekat saat malam mengalir
lantunanan nada-nada sendu bunyi kipas angin
pintu berderit dan bola lampu berpijar menerawang wajahku
yang tersembunyi dari setumpuk kesibukan.
episode 02......
Perjalanan cintaku telah melampaui
Lingkaran yang tak benar-benar
bulat
Sungguh pun kertas-kertas itu bertebaran
dipunguti anak singa di belantara sana, Langkahku akan tetap terjerembab
bangkit untuk terperosok kembali begitu seterusnya-dan-seterusnya begitu......... itupun, hanya matahari yang mampu merekem secara langsung.

SEMENTARA ITU KAU YANG TELAH MENEBARKAN RANJAU
pada jejak masa silamku, menghilang dengan wajah/nama berlarian dalam hati.
kisah cintaku
mengurai di tanah kering
berbatu..............................
Saat musim penghujan tiba jangan harap
tatakrama yang layu akan menebar
pesona. Seperti abdi keraton dihadapan sang raja
malam akan terus merambah naik
sampai mata ini menangkap senja jatuh di pematang sawah

Selasa, 07 Oktober 2008

SINOPSIS "POL-putuwijaya)



Seisi kampung geger ketika Aston bermimpi Semar. Semua warga berbondong-bondong ingin tahu apa gerangan mimpinya tersebut. Mulai dari Pak RT, Pak mantri, Pak Hasan penjual pisang goreng dan masih banyak lagi lainnya tumplek blek di kediaman Aston. Berbagai pertanyaan terlontar begitu saja tanpa sempat terjawab. Aston masih syok dengan mimpinya. Namun warga kampong itu masih saja sabar menunggunya.

Melihat Aston yang lemah, Pak Hasan mencoba cari muka di depan Pak RT dengan mengambil pisang goreng dagangannya. Kemudian ia sodorkan meski sempat ditolak Aston. Namun pada akhirnya pisang goreng itu berpindah ke perut Aston semuanya. Barulah setelah itu ia lancer bercerita tentang mimpinya. Ia melihat Semar beli pisang goreng di warung Pak Hasan kemudian ke pasar membeli beras di kiosnya Ceu Epon. Aston pun sembari mempraktekan apa yang dilakukan Semar dalam mimpinya.

Mengetahui mimpinya Aston seperti itu gembiralah Pak Hasan maupun Ceu Epon. Berkali-kali baik itu pisang goreng maupun beras mengalir ke rumah Aston. Warni pun senang dengan keadaan ini. Ia jadi tidak marah-marah lagi sama suaminya. Bukan hanya itu saja tukang kredit yang biasnya menganggu ketentraman Warni kini tidak pernah nongol lagi.

Berita tentang salah satu warga kampung mimpi semar tercium oleh mass media. Pada suatu pagi dua leleki muda dengan tustel tergantung di lehernya mendatangi kediaman Aston. Ketika bertemu dengan yang dicarinya langsung saja kedua pemuda ini melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat aston bingung. Bahkan tidak mengerti. Sebagai formalitas ia hana mengangguk-angguk saja, itupun dengan ogah-ogahan. Wartawan itu tidak keiangan akal. Disodorinya aston rokok, kemudian pisang goreng dan kopi hangat. Lancarlah mulut suami warni tersebut memaparkan mimpinya.

Melihat salah satu warganya masuk koran, Pak RT yang sering mengadakan iuran untuk perbaikan kamar mandinya itu senang. Apalagi ketika Aston diundang untuk jadi tamu kehormatan dalam sebuah seminar dunia perdukunan. Pak RT memerintahkan salah satu hansip yang bernama Ayat untuk menemaninya. Dua orang ini mendapat perlakuan istimewa di seminar. Ketika peserta seminar mengele-elukan dirinya ia hanya tersenyum. Ia bingung dengan semuanya. Tidak mengerti.

Beberapa bulan kemudian kehidupan Aston dan keluarganya kembali melarat. Tidak ada yang peduli dengan mereka, kecuali pak mantri yang sesekali memberi obat mencret untuk anaknya yang terkecil. Ini semua gara-gara aston tidak pernah mimpi ketemu semar. Warni pun memaksa agar Aston mimpi ketemu semar lagi. Entah gimana caranya atau ia mengancam akan pulang ke rumah orang tuanya.

Untuk mimpi ketemu Semar lagi tidaklah semudah mengepalkan tangan, berbagai cara dilakukan Aston dan Warni. Mulai dengan menempel gambar Semar di dalam berbagai bentuk di dinding kamar. Terkadang Aston tidur di pasar, kuburan dan tempat-tempat mistik lainnya. Tapi apa yang didapat? Justru mimpi kambing bandot setiap hari. Terkadang dalam mimpinya, si kambing menggigit anaknya yang terkecil sampai mati. Hal ini berbuntut Aston tidak lagi berani tidur lagi, trauma. Sampai akhirnya dia tidak tahan dengan omelan istrinya yang hampir setiap detik didengarnya.

Maka hari-hari berikutnya Aston tidur lagi, namun kali ini kosong melompong. Tidak ada kambing bandot, semar dan apapun juga. Aston kini jadi murung karena mimpi-mimpinya hilang. Ia berkonsultasi kepada setiap orang yang dijumpainya. Kesimpulan yang didapat yakni bila seseorang tidak pernah mimpi itu tidak waras. Inilah yang membuat Aston cemas, ia berharap sekali bisa mimpi lagi, meski itu kambing bandot yang penting tidak kosong. Ia terus berusaha dan berusaha.

Sementara itu di pagi yang cerah, penduduk setempat gempar. Ayat, hansip desa, mimpi bertemu Tuhan. Semua berbondong-bondong ke rumah Ayat. Begitu juga Aston, bahkan ia sempat mencicipi pisang goreng Ayat pemberian pak Hasan. Si Ayat hanya bisa terbengong-bengong di pembaringan, dan istri hansip itulah yang jadi juru bicara ketika warga melemparinya dengan pertanyaan yang bervariasi. Dengan perasaan lesu dan iri Aston pulang, namun betapa terkejutnya ia ketika istri dan anak terkecilnya raib. Begitu juga semua pakaian di almari, tidak tersisa sedikitpun.

Kemudian terbayang di kepala Aston, istrinya itu pulang ke rumah orang tuanya. Ia jadi sedih dan merasa kesepian banget. Namun itu hanya sebentar, karena suara tukang kredit yang mau menagih utang tengah beraksi di depan rumahnya. Ia kalap, dengan sebilah pisau tajam ia membuka pintu dan CRAB.....pisau itu menancap di perut istrinya.........

(wijaya putu, 1987.POL.Jakarta:Gratifipers)