Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 25 Desember 2010

CINTA TAK TERDUGA


Oleh: Savira Laras

Kenalin, aku Cinta. Aku sekarang sekolah di salah satu SMK di Surabaya, sekarang aku masih duduk di kelas XI. Di sekolah, aku bukan merupakan anak yang populer. Lebih tepatnya lagi aku merupakan anak yang pendiam, dan juga tak terlalu banyak teman. Aku sangat senang bersekolah di sini, meski di dalam kelas tak banyak temanku.

Bahkan bisa dibilang, aku dikucilkan oleh teman-temanku. Karena aku merupakan anak yang tak mampu dan kata mereka aku tak pantas bersekolah di sini. Aku tahu walaupun aku masuk sekolah ini melalui beasiswa yang aku terima, tetapi setidaknya mereka menghargaiku sebagai teman mereka.

Besok aku akan berangkat sekolah. Ku harap mereka sudah berubah dan mau menerimaku sebagai teman.

Keesokan harinya....

Hari ini aku berangkat sekolah

”Gimana ya kira-kira suasana di sekolah?. Apa teman-temanku bisa menerimaku sebagai teman? Semoga saja mereka tidak mengerjaiku lagi.”

Sesampainya di kelas, tiba-tiba cinta dilempari telur busuk oleh teman-temannya. Cinta pun bersedih, tetapi tiba-tiba da seseorang yang menghampirinya...

”Cin, ini sapu tangan. Usap air matamu. Jangan sedih lagi..” ujar Ricky, cowok yang menghampirinya perlahan.

”Makasih ya. Apa kamu nggak bau? Aku kan bau telur busuk..” jawab Cinta dengan perasaan sedih.

”Nggak kok, menurutku bau kamu wangi banget sampai aku mau pingsan” seloroh Ricky sambil tertawa lepas. Sontak, Cintapun ikutan tertawa.

Pelajaran pun dimulai seperti biasa. Ketika jam pulang tiba, dalam perjalanan pulang Cinta bertemu Ricky..

”Cin, kamu naik apa?”, tanya Ricky tiba-tiba.

”Eh, aku naik angkot”, jawabnya terkejut.

”Bareng yuk, naik sepeda sama ku. Mau kan?”, ujar Ricky ramah. Dengan sedikit perasaan grogi dan malu, Cinta pun akhirnya ikut Ricky. Dalam perjalanan mereka saling bercanda hingga tak terasa telah sampai di muka rumah Cinta.

”Rick, makasih ya sudah nganterin aku.”, ujar Cinta tersenyum

”Yup, sama-sama Cin. Aku pulang dulu ya.” jawab Ricky dengan senyuman tak kalah manis. Cinta baru masuk pagar rumahnya ketika Ricky sudah belok di tikungan dekat rumahnya.

Selanjutnya, hubungan kedua remaja ini semakin akrab dan dekat. Hingga suatu siang yang tak terduga, Ricky berbicara sesuatu dengan Cinta.

”Cin, aku mau ngomong sesuatu”

”iya, ada apa? Ngomong aja”, jawab Cinta pendek. Ricky tampak kebingungan, raut mukanya gelisah. Sekali ini Ia salah tingkah di depan Cinta.

“Setelah kebersamaan kita selama ini, aku ngerasain sesuatu yang berbeda dengan perasaanku.” Muka Ricky memerah. Ada keraguan dalam hatinya, tapi perasaan hatinya tak bisa berbohong lagi.

“Sesuatu......”, gumam Cinta perlahan. Pikirannyapun melayang.

“Aku tak tahu, apa perasaan ini salah atau enggak. Tapi aku yakin dengan rasa ini.” Ricky menatap Cinta dengan lembut. Kali ini cewek itu yang salah tingkah. Apalagi ketika tatapan matanya bertemu dengan Ricky.

”Cin, aku sayang kamu. Rasaku ini lebih dari sahabat. Aku cinta kamu.”

”Maksudmu?”, perasaan Cinta semakin tak menentu.

”Maukah kau jadi pacarku?”, tatapan Ricky semakin membius Cinta. Cewek itu pun tak bisa apa-apa. Ketika keringatnya telah mengerumuni wajahnya, kepalanya mengangguk perlahan. Mukanya memerah.

Semenjak itu mereka berdua menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai dan mengerti satu sama lain. Baik sekarang maupun selamanya.

****