Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Selasa, 24 Februari 2009

Jombang bersuka


Jombang seolah tidak pernah habis. Setelah seantero bergidik melihat sepak terjang Ryan (baca:Sang penjagal dari Jombang) yang kini telah meredup reputasinya, Jombang kembali beraksi. Seperti yang sudah-sudah, seantero negeri kembali terbius oleh fenomena unik satu ini. Pelakunya yakni, PoNari (IL Phenomenon) sang dukun cilik-small-alit. Seorang bocah SD kelas 3, kini melesat bak meteor, From Zero to Hero.
Betapa tidak, semenjak mendapatkan batu ajaib yang didapatnya ketika petir berseliweran, ia kini lantas berubah menjadi manusia penyembuh. Yah sekelas dukun gitu deh, dan lumrah dipanggil mbah Ponari. Semakin hari pasien yang datang berlipat-lipat, perharinya mencapai 8ribu-9ribu orang.Kebintangannya menjadi eksekutor penyakit menyeretnya jadi mega bintang di tengah persiapan pemilu Legislatif bulan April. Semua berita TV berlomba-lomba memberitakan dukun cilik tersebut.
Peristiwa ini begitu cepat mencuat, meninggalkan Ponari kecil yang suka bermain sama teman sebayanya. Tentu saja peristiwa ini menjadi gambaran memiriskan bagi kondisi bangsa ini. Masyarakat kita sudah terkonstruk menjadi manusia instan. Kita sudah payah dan lelah untuk berproses menjadi sesuatu, sehingga bila ada chance yang menawarkan kehidupan lebih baik, tak peduli mustahil atau tidak pasti segerea dibidik. Mengapa seperti itu? Pertanyaan yang mau tak mau harus kita ajukan. Permasalahannya yakni mencarialternatif jawaban yang memuaskan.. Untuk sementara biarkan terbuka, biar bebas menginterpretasikannya.
Akhirnya kita harus mengatakan bahwa Ponari dan fenomenanya merupakan siklus kehidupan masyarakat dewasa ini. Bangsa pemimpi yang hidup di negara nyata dengan berbasis pada hal semu, meski semua bukanlah mimpi yang sebenarnya. Biarkan Ponarisasi berproses mnjadi cambuk kemapanan bangsa yang kita cintai ini.