Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Jumat, 14 Mei 2010

KETERPECAHAN DAN KEMATIAN: ANALISIS STRUKTURAL ANTALOGI CERPEN KUDA TERBANG MARIA PINTO


A.Pendahuluan
Anggapan atau asumsi dasar bahwa karya sastra dan umumnya suatu uraian, merupakan keseluruhan yang bagian-bagian atau anasir-anasirnya masing-masing berjalinan menimbulkan masalah teori yang beragam (Teeuw, 1988:123).
Strukturalisme merupakan pendekatan sastra yang memusatkan pada kontruksi bangunan karya sastra (kesatuan unsur pembentuknya). Pendekatan ini berkiblat pada strukturalisme dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh Ferdinand De Saussure (Luxemburg dkk, 1992:36). Adapun dua pengertian kembar dari ilmu strukturalis ialah: signifiant-signifie dan paradigmatik-sitagmatik. Signifiant berarti yang memeberi arti, jadi aspek bentuk atau lambang; signifie berarti yang diartikan. Dua hal ini merupakan komposisi dari sebuah tanda. Hubungan paradigmatik ialah hubungan yang saling berkaitan karena kemiripan sistematik. Sedangkan hubungan paradigmatik yakni hubungan antar tanda yang hadir secara berurutan dalam satu linearitas tindakan berbahasa.
Analisis strukturalis modern terhadap narasi (Eaglaton, 2007:149-150) berawal dari karya perintis tentang mitos dari ahli antropologi Prancis, Claudie Levi Straus, yang memandang beberapa mitos yang kelihatannya berlainan sebagai variasi dari sejumlah tema dasar. Di balik keragaman terdapat struktur yang universal tertentu yang konstans, dan mitos manapun dapat direduksi menjadi reduksi-reduksi tertentu. Mitos merupakan sebuah jenis bahasa:dapat dipecah-pecah menjadi unit keindividual, seperti unit bunyi bahasa (fonem), memperoleh makna bila hanya dikombinasikan dengan cara tertentu. Maka dalam mempelajari mitos kita lebih melihat mental universal yang mendirikan strukturnya dibandingkan isi narasinya. Oposisi mental ini, seperti pembuatan oposisi biner, dari satu segi merupakan anti mitos itu sendiri: oposisi ini merupakan alat untuk dipakai berpikir, cara untuk mengklasifikasikan mengorganisir realitas
Dalam Antologi Cerpen Kuda Terbang Mario Pinto, kita akan mencoba menelaah dengan mendedah oposisi biner yang terdapat dalam narasi dengan penulusuran sistematik dan paradigmatik. Selanjutnya akan diabstraksikan untuk pandangan dunia (mitos) di balik relasi oposisi binernya.

B.Sintagmatik dan Paradigmatik
1.Sintagmatik
Menurut Bharthes (2007:64,). Sintagmaik adalah sebarang kelompok yang tersusun oleh signe-signe heterofungsional; sintagma itu (sekurang-kurangnya) selalu biner dan kedua termanya memiliki kondisionemen resiprok. Sementara itu Widada (2009:52) mendeskripsikan sitagmatik merupakan hubungan antar tanda yang hadir secara beruntun dalam suatu linearitas tindakan berbahasa. Hubungan ini muncul sebagai akibat dari tindakan berbahsa yang berlangsung dalam waktu, yakni kemunculan tanda bahasa satu-persatu secara urut dalam rentangan waktu atau rentangan citra visualnya bila ia berwujud tulisan:
Coble dan Jans (Kaelan, 2009:192) memberi contoh sederhana. Jika kita mengambil sekumpulan tanda seekor kucing berbaring di atas karpet. Maka satu elemen tertentu kata kucing misalnya menjadi bermakna sebab ia memeng bisa dibedakan dengan seekor, berbaring atau karpet sekarang kita lihat bagaimana kemudian kata kucing dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya. Maka akan membentuk sebuah sintagma (baca; sintagmatik / kumpulan tanda yang berurutan secara logis). Mekanisme tata hubungan sitagmatis (Ratna, 2009:79) memberikan pemahaman dalam kaitannya dengan jumlah unsur dalam karya.


2.Paradigmatik
Hubungan paradigmatik merupakan sebuah tanda, kata, atau istilah yang digunakan dalam suatu tindakan berbahasa. Seola-olah muncul sebagai pudsat konstelasi, yakni sebuah titik tempat tanda-tanda lain berkonfergensi dan berkoordinasi melalui penelaran tertentu (Saussure,1992:233). Wilayah paradigmatik itu menurut Barthes(2007:55), di luar diskursus trukturan (wilayah sintagmatik), unit-unit yang memiliki di antara mereka akan diasosiasikan dijadikan satu dalam ingatan dan dengan begitu unit-unit itu akan membentuk kelompok yang ditentukan oleh berupa hubungan.
Hubungan paradigmatik tersebut Coble dan Jans (Kaelan, 2009:193) harus sesuai dengan sintagmatiknya bagaimana garis X dan garis Y dalam sebuah sisitem koordinet. Mekanisme hubungan paradigmatic memberikan pemahaman dalam kaitan karya dengan masyarakat yang menghasilkannya (Ratna, 2009:79).
B.Pandangan Dunia Dalam Antalogi Cerpen Kuda Terbang Maria Pinto

Dari pembacaan atas antologi cerpen Kuda Terbang Maria Pinto (AKTM), baik secara sintagmatik maupun paradigmatic, kita dapat mengidentifikasikan segenap kompleks penyusun semseta naratifnya. Seperti tokoh, tindakan, peristiwa suasana, emosi, menurut berbagai pasangan gagasan yang saling bertentangan dalam formasi sebagai berikut: 1) keterpecahan dan keutuhan, dan 2) kesedihan dan kebahagiaan.
Kedua pasangan gagasan oposisional tersebut merupakan hasil abstraksi dari berbagai oposisi biner antar tanda yang kita temukan dalam pembacaan AKTM. Penjabarannya masing-masing sebagai berikut.
1.Keterpecahan dan keutuhan
Cerpen-cerpen dalam AKTM yang mengandung formasi gagasan keterpecahan dan keutuhan yakni: Rumput Liar, Lelaki Beraroma kebun, dan Qirzar. Keterpecahan tampak dalam Rumput Liar berupa deskripsi tokoh utama, Padmi.
Lonceng dinding di ruang tamu berdentang parau, sebelas kali. Barangkali pegasnya rusak. Tak seorang pun peduli. Cicak-cicak abu-abu muda berkeliaran di langit-langit. Entah berrapa banyak kotoran yang jatuh berserak dan melengketi bulu primadani (2004:108)

Deskripsi di atas sekilas memeberikan asosiasi pada kita akan adanya suasana tidak teratur. Lebih jauh efek ketidakteraturan (baca: keterpecahan) turut menggambarkan situasi keluarga Padmi. Perbedaan pola pikir sang Ibu dengan Padmi dan kakak kandungnya membuat keluarga ini berantakan.
Mas Karna minggat dari rumah. Akhirnya bom itu meledak. Kepergian mas Karna memeberi Ibu kesempatan berpikir. (2004:122)

Lelaki Beraroma Kebun dimensi keterpecahan nampak dari paparan narator tentang kepulangan Halifa dari tanah rantau. Halifa yang sejak kecil selalu mengamati penjaga kebunnya, membuat dirinya selalu ingin menemuinya ketika dirinya pulang.
Halifa masih ingat wajah lelaki itu. Sepasang mata yang sipit, hidung pesek, dan bibir hitam terbenam di kepala yang kecil. Saat tertawa terlihat gigi-gigi yang tidak rata, ompong dan kerak nikotin menempel di celah-celah gusinya. (2004:77)

Terbayang dengan jelas di benak kita bagaimana penjaga kebun yang masih diingat Halifa sampai sekarang. Seorang tua renta dengan wajah tidak elok (baca: buruk). Selanjutnya narrator memaparkan keterpecahan lain dari kehidupan keluarga Halifa.
Perusahaan pertambangan tempat Ayahnya bekerja sedang terguncang. Harga timah dunia merosot dan korupsi besar di kalangan eselon atas mempercepat kebangkrutan pengusaha tersebut. (2004:82)

Mundurnya ekonomi keluarga Halifa itu, mengakibatkan keluarga pindah ke daerah pedalaman, menempati kebun kecil warisan kakeknya.
Sementara itu Qirzar yang berlatar sebuah negeri antah berantah, menceritakan bagaimana pertumpahan darah menjadi sebuah keharusan untuk dilaksanakan oleh setiap penduduk negeri.
Ini siklus yang terus berulang dalam sejarah mereka. Menang dan kalah bukan ujung perang besar ini, karena perang-perang lain terus mengintai, hendak memusnahkan kerturunan mereka untuk memebrikan tempat bagi generasi yang akan lahir. (2004:110)

Qirzar juga menggambarkan, bahwa setelah musim perang selesai, para serdadu baik yang menang maupun kalah menuju kota Aqtar. Di kota itu mereka akan menghirup sari bunga amaterosa yang bisa membuat mereka lupa segalanya. Sehingga kehidupan baru tanpa dendam berlangsung untuk sementara waktu. Namun perjalanan ke Aqtar sendiri merupakan tujuan yang belum jelas.
Sesungguhnya, para serdadu itu menempuh perjalanan asing yang tak pernah selesai. Sebagian mati lelah, sebagian bunuh diri, sebelum menginjakkan kaki di aqtar. Mencari kota itu sama hakikatnya dengan hidup, yakni memberikan kematian, (2004:111)
Tokoh Aku, protagonis, dan ibunya mengalami depresi berat ketika ayahnya yang juga panglima perang gugur di medan tempur.
Hati kanak-kanaknya menjerit. Ia bahkan mengurung diri di kamar ketika tubuh Ayahnya dihanyutkan di lautMizarpur dan ombak yang bergulung-gulung menjilati jasad itu. (2004: 113)

Sejak itu Ibunya berseketu dengan sunyi. Rambut Ibu tiba-tiba memutih, kulitnya mngeriput. Sepasang matanya mengeruh. (2004:113)

Hadirnya gagasan tentang keterpecahan tersebut dapat kita hubungkan dengan gagasan tenteng keutuhan, yakni melalui poros paradigmatic sebagai jenis relasi penegasian. Dengan demikian di sini juga ditemukan pasangan gagasan oposisional keterpecahan dan keutuhan.
Lebih lanjut pasangan gagasan ini dapat kita jumpai, misalnya pada Qirzar. Tokoh utama yang mengalami depresi ekibat kematian ayahnya mencoba bagkit dati keterpurukannya.
Ia mulai mencoba bercakap-cakap dengan penghuni kota dan berani membalas tatapan mereka. Ia menjawab senyuman, pertanyaan, dan tegur sapa, sedang di dasar hatinya kesunyian terus berkarat. (2004:115)

Dalam fragmen di atas, tokoh “Ia” mulai mencoba untuk tidak larut dalam ketidakmenentuan. Kita bisa menyebut ini dengan kutub keutuhan. Menariknya, secara eksplisit dapat dilihat adanya koherensi antara kutub keutuhan dan keterpecahan. Sisi keterpecahannya namapak pada kalimat berikut….. “di dasar hatinya kesunyian terus berkarat”.
Meskipun tidak selalu eksplisit, pasangan oposisional antara keterpecahan dan keutuhan, berulang kali mendapat penegasian yang kuat dalam keseluruhan cerita. Berikut merupakan model oposisi biner dari Rumput Liar, Lelaki Beraroma kebun, dan Qirzar.














2.Penderitaan dan kebahagiaan
Formasi gagasan selanjutnya dalam dunia naratif AKTM ialah pasangan oposisional antara penderitaan dan kebahagiaan. Oposisi biner ini terkonstruk dari paparan dan perilaku tokoh maupun narator. Makan Malam, Lubang Hitam, Kuda Terbang Mario Pinto, Makam Keempat dan Joao merupakan cerpen-cerpen yang mengandung formasi gagasan tersebut.
Makan malam mengisahkan kehidupan tokoh Aku dan Ibunya yang menyedihkan. sebab ditinggal Ayahnya semenjak kecil tanpa kabar berita sedikitpun. Sehingga praktis Ibunya menjadi tulang punggung kehidupan keluarga.
Rumah kami pernah kedatangan lelaki, dua kali. Tapi itu bukan Ayah. Dua kali untuk dua pria. Itu kunjungan yang kuketahui. Teman-temanku malah berkata, Ibu sering pergi ke hotel dengan sepuluh pria berganti-ganti. (2004:25).
Kemunculan sang Ayah terjadi ketika tokoh Aku sudah bekerja pada perusahaan selepas lulus kuliah. Namun kedatangannya hanya untuk minta maaf, sebab dia telah mempunyai istri dan dua anak lagi di luar negeri. Keadaan ini membuat sang Ibu terpukul.
Kesehatan Ibu makin memburuk. Ia sudah jarang berbicara padaku. Aku selalu berbicara padanya tentang berbagai hal. (2004:30)
Permasalahan lebih rumit lagi pada Lubang hitam. Penderitaan akibat keluarganya yang berantakan menyebabkan Tina menjadi seorang lesbian sebelum mengakhiri hidupnya dari kamar hotel. Ibunya meninggal kecelakaan di jalan tol bersama kekasih gelapnya. Lalu Ayahnya meniduri Rena, kakak kandungnya yang mengalami depresi mental. Dan Rena akhirnya membunuh sang Ayah.
Kamu pasti membenciku (menangis)
Buat apa? Kita bersaudara.
Aku sudah membunuh Ayah.
Jangan pedulikan suara-suara itu.
Ini bukan suara-suara. Aku memang membunuhnya, mencampur pil tidur ke dalam whisky.
Perjalanan seorang prajurit dalam Kuda Terbang Maria Pinto, mengisahkan cerita sedih seputar kehidupan keluarganya. Yosef, demikian nama prajurit itu, sedang memburu pasukan kabut dengan panglimanya Maria Pinto sipengendara kuda terbang. Ia menjadi prajurit merupakan pilihan untuk mengangkat martabat kehidupan keluarganya.
Kami dari keluarga petani miskin. Kamu enak bisa kuliah, punya uang untuk jalan-jalan. Kami makan saja susah menjadi prajurit membuat kami merasa terhormat. Orang kampong menjadi segan. (2004:14)
Sementara itu dari deskripsi narator, diketahui bila Yosef baru saja berkabung, sebab adik kandungnya baru saja meninggal akibat disiksa pemberontak.
Enam bulan lalu adiknya meninggal disiksa para pemberontak. Jenazah sang adik kembali tanpa jantung, usus, dan kemaluan. Terkunci rapat dalam peti mati kayu mahoni. (2004:14)
Masih seputar pemberontakan, kali ini penyiksaan dan pembunuhan sebagai area kutub penderitaan, terkandung dalam cerpen Joao. Joao, seorang anak kecil yang mempunyai Ayah pemberontak harus mengalami nasib yang meyedihkan. Itu bermula dari kematian Ayahnya yang mengenaskan.
Ibuku pingsan setelah mengenali potongan tangan Ayah yang tergantung di mulut goa dari cabikan kemejanya. Mereka mengumpulkan tubuh yang terpisah, membungkusnya dengan kain belacu…….(2004:104)

Selanjutnya Joao harus berpisah dengan Ibu dan adik perempuannya sebab kondisi semakin genting. Bocah malang itu sempat pula di siksa oleh prajurit di pantai. Sebelum akhirnya di selamatkan oleh seorang kolonel yang juga sahabat Ayahnya.
Aku mulai menggigil. Mereka makin jauh mendorongku ke laut. Hingga air tersa sepaha. Salah seorang memukul daguku dengan popor senapan. Aku tersungkur ke dalam air. Butir-butir pasir tertelan olehku. (2004:105)

Pengalaman buruk itu dikisahkan Joa pada penjaga pos, protagonis, ketika dirinya disembunyikan dari kejaran prajurit-prajurit pembasmi pemberontak.
Selanjutnya, penderitaan ;ahir dan batin harus dialami sepasang suami istri dalam cerpen Makam keempat. Paula, anak semata wayang mereka yang kuliah di Pulau Jawa, tidak menepati janjinya untuk pulang pada hari natal. Bahkan untuk natal kedua, ketiga dan keempat tahun berikutnya. Keluargapun mencari ke Pulau Jawa. Ternyata Paula sudah lama sekali keluar dari asrama tempat perkuliahannya. Pencarian pun dilakukan dengan banyak opsi.
Kolom-kolom kriminal surat kabar kutelusuri. Berita-berita televisi kudengar. Kamar-kamar mayat tiap rumah sakit kudatangi. Putri kami tidak ada. (2004:131)

Banyak kabar memberitakan jika Paula menghimpun kekuatan untuk melawan penguasa. Sebuah majalah mengabarkan jika paula disekap di sebuah benteng. Akhirnya setelah pencarian dan penantian dilakukan, suami isatri tersebut membuat makam kosong atas nama Paula. Berjajar dengan makam nenek, kakek, dan anjing kesayangan Paula.
Sebuah makam baru berdiri di sebelah makam Ibu. Istirahatlah, Nak. Pendekar pun butuh istirahat. Tiba-tiba dahan berderak. Bunga-bunga berjatuhan. Kurasakan tangan isteriku yang dingin dalam genggaman. (2004:133-134)
Sama seperti oposisi biner keterpecahan dan keutuhan, pada oposisi penderitaan juga mempunyai penegasian yakni oposisi kebahagian. Dalam Makan Malam, Lubang Hitam, Kuda Terbang Mario Pinto, dan Joao dimensi kebahagian ditampilkan secara samar. Melalui kejadian masa lalu baik deskripsi narator maupun tuturan tokoh-tokohnya. Namun demikian, kebahagian di sini menjadi semcam oase untuk menegaskan tragedi memilikan yang dibangun pengarang.
Lebih tegasnya, kehadiran formasi penderitaanlah mayoritas kelima cerpen di atas tersusun. Berikut ini formasi kebahagiaan dalam cerpen Makan malam.
Dulu Ayahmu suka menembang, kata Ibu. Suaranya merdu. Di malam hari ketika Ibu mengandung aku, Ayah suka menembang. Suaranya jernih. Aku pernah dininabobokan dan itu membuatku tentram. (2004:27)

Rasa kebehagian jelas terpancar dari kutipan di atas. Namun itu juga sekaligus pukulan bagi seorang Ibu yang dulu mengalaminya dan keadaan sekarang amat kontras dengan situasi itu. Fragmen lain bisa kita lihat pada cerpen Lubang hitam.
Keluarganya punya tiga mobil lagi di garasi; mewah dan anti mogok. Sayang sekali, dia lebih suka yang butut itu. Banyak kenangannya. Ayah, Ibu, Rena dan dia sering bepergian dengan mobil itu. Ayah menyetir, Ibu duduk di sebelah Ayah, dia dan Rena menyanyi di jok belakang selam perjalanan. Sudah lama sekali. (2004:46)

Fragmen di atas memadukan formasi kebahagiaan dan kesedihan berkarat (baca:penderitaan). Kebersamaan, kehangatan dan keceriaan membangun masa silam tokoh Tina. Meskipun kemudian kenangan itu tidak mungkin bisa diulang.
Berbagai varian dan pasangn oposisi biner yang lebih konkret dari pasangan antara penderitaan dan kebahagiaan dapat kita lihat dari model berikut ini.






















C.Simpulan
Abstraksi oposisi keterpecahan-keutuhan dan penderitaan-kebahagiaan pada kumpulan cerpen Kuda Terbang Maria Pinto secara umum dapat kita tarik kesimpulan umum menjadi kutub gagasan keterpecahan dan keutuhan. Oposisi keterpecahan terletak pada masa kekinian. Sedangkan oposisi sebaliknya terletak pada masa lalu dari perjalanan hidup tokoh-tokoh dalam antologi cerpen-cerpen itu.
Pada rentang kekinian kita selalu dihadirkan sebuah dilema yang membuat tokoh-tokohnya mengalami problematika serius. Tokoh Tina (Lubang Hitam), Yosef (Kuda Terbang Maria Pinto), Joao (Joao) merupakan contoh, bagaimana mereka harus menghadapi kepahitan hidup. Mereka mendapati dirinya selalu berada dalam kenyataan dunia yang membuatnya tersudut.

F.Daftar Pustaka

Barthes, Roland. 2007. Petualangan Semiologi. diindonesiakan oleh Stephanus Aswar Herwi Narko. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Cristianty, Linda. 2004. Kuda Terbang Mario Pinto. Jakarta: Kota-kata.

De Saussure, Ferdinand. 1993. Pengantar Linguistik umum. Yogyakarta: UGM press.

Eaglaton, Tery. 2007. Teori sastra sebuah pengantar komperhensif. Diindonesiakan oleh Harfiah dkk. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.

Kaelan. 2009. Filasafat Bahasa Semiotik Dan Hermeneutika. Yogyakarta: paradigma.

Luxemburg dkk. 1992. Pegantar ilmu sastra. Diindonesiakan oleh dickartoko Jakarta: Granedia Pustaka Utama .

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitia Sastra. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Teeuw, A. 1988. Sastra dan ilmu sastra. Jakarta Pustaka Pelajar

Widada, 2009. Saussure untuk sastra. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra

Wellek, Austin Warren. 1993. Teori kesustraan. Diindonesiakan oleh Melanie Budianta. Jakarta: Gramedia pustaka Utama .