Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Senin, 07 Januari 2013

MENEROPONG 1434 HIJRIAH



            Sedia payung sebelum hujan. Begitulah sebuah peribahasa yang kerap kali kita dengar. Sebuah anjuran untuk menyiapkan segala hal secara cermat sebelum hal tersebut menghampiri kita. Seringkali kita menjadi orang paling sibuk sendiri ketika menghadapi suatu permasalahan. Menyalahkan waktu yang terasa semakin sempit. Menyalahkan orang-orang di sekitar kita. Bahkan menyalahkan Allah pun dapat saja terjadi.

            Sedia payung sebelum hujan. Mengisyaratkan kepada kita untuk belajar menyiapkan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga pada waktunya tiba kita akan benar-benar siap. Seorang siswa yang memiliki rutinitas belajar setiap hari akan berimbas pada prestasi di sekolahnya. Seorang karyawan yang bekerja dengan penuh totalitas akan berdampak pada kelangsungannya di tempat kerja. Seorang calon pemimpin yang menyiapkan dirinya dengan bekal kejujuran, kedisiplinan, keuletan, dan sifat-sifat positif lainnya akan membuat dirinya kelak menjadi pemimpin yang berintegritas. Begitu juga umat manusia, ketika di dunia menyiapkan dengan cermat bekal hidup di akhirat, maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang indah.

          Nah, ketika kita membahas tentang pentingnya sebuah persiapan sebagai kunci menghadapi problematika hidup, di sisi lain kita juga membincangkan gaya hidup modern yang dikenal dengan serba instan. Kenapa bisa begitu? Semenjak Televisi mengisi bagian hidup kita, kemudahan-kemudahannya membuat tak terpisahkan dari kebutuhan. Ketika dulu orang harus membeli buku-buku mahal untuk mendapatkan informasi-informasi penting, sekarang media internet menjadi solusi praktis. “Tinggal klik, semuanya beres” kata temanku yang sehari-sehari berbaur dengan IT. Fenomena ini berdampak pada ruang bersosialisasi dengan munculnya jejaring sosial di dunia maya. Tanpa harus berada dalam satu ruang, kita bisa berbincang-bincang. Model komunikasi yang demikian ini ternyata mampu menimbulkan efek besar, salah satunya yakni revolusi Mesir. Opini-opini di salah satu jejaring sosial mampu menyatukan beragam kalangan, sehingga puncaknya revolusi pecah.

            Serba instan memang sebuah tawaran yang cukup menjanjikan ketika teknologi berkembang demikian pesat. Lewat ponsel kita bisa menjelajahi seluruh dunia, berbelanja, transaksi banking, beribadah dengan membaca/mendengar ayat suci Al-Quran, bahkan berbuat kejahatanpun sangat memungkinkan. Pola-pola instan seperti demikian akan memudahkan kita dalam banyak hal. Permasalahannya yang kemudian muncul yakni instanisasi di seluruh aspek kehidupan. Untuk menjadi pemimpin, justru modal uanglah yang harus banyak. Tak heran, lazim pada saat ini dikenal istilah money politik. Mencuri/merampok menjadi alternatif untuk mengatasi kesulitan hidup. Ijazah tak lagi harus didapatkan dengan susah payah di lembaga pendidikan formal, sekarang sudah terdapat sistem pesan. Pokoknya mbayar, semua bisa diatur. Suap-menyuap menjadi primadona untuk mendapatkan semua keinginan kita. Puncaknya yakni korupsi di segala bidang tak bisa dielakkan.
***

Sedia payung sebelum hujan. Setidaknya ini dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menjalani tahun baru islam 1434 H. Ketika awal tahun, tentunya banyak hal yang kita agendakan untuk dicapai. Nah, mempersiapkan diri sedini mungkin sudah seharusnya kita laksanakan. Aset berupa persiapan (perencanaan) merupakan sebuah investasi yang cukup murah namun sulit untuk dilaksanakan. Sebagai investasi, tentunya perencanaan akan terbagi menjadi dua bentuk yakni investasi jangka panjang dan investasi jangka pendek. Pendidikan merupakan salah satu contoh investasi jangka panjang yang akan membuat kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Bertaqwa kepada Allah juga salah satu wujud investasi jangka panjang. Mewujudkan kehidupan yang berkah di dunia dan akhirat. 

Untuk itu mari kita mulai tahun baru 1434 Hijriah dengan optimisme akan kehidupan yang lebih baik. Marilah membuat rencana-rencana yang akan meningkatkan kualitas hidup kita. Bukankah Allah SWT telah memberikan sebuah acuan, bahwa sebuah kaum tak akan diubah nasibnya sampai kaum tersebut mengubah hidupnya sendiri. Ini sudah sangat cukup sebagai pondasi untuk selalu berusaha (ikhtiar) untuk kesuksesan kita. 

Sekali lagi, tak semuanya hidup itu selalu instan. Kesuksesan tak bisa didapat dengan jalan pintas (instan). Jadi mulai sekarang mari berhenti menyalahkan keadaan. Bila saat ini kita merasa dikucilkan Allah dengan keadaan kita yang miskin dan ketakberuntungan lainnya, kini saatnya Anda bangkit. Katakan pada diri Anda sendiri “Saya diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna. Saya harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan hidup dengan petunjuk-petunjuk-Nya. Saya akan merencanakan bagaiamana memecahkan persoalan-persoalan yang mendera kehidupanku”. Ketika itu sudah menjadi janji pada diri Anda, gunakan itu sebagai pemicu semangat Anda dalam melakukan apapun yang Anda kerjakan. Dengan demikian gerbang kesuksesan telah Anda masuki, tinggal seberapa canggih mengobarkan semangat dalam diri Anda.

Sedia payung sebelum hujan. 
 Salam Pak Shodiq