Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Selasa, 06 September 2011

Korupsi Mudik Lalu Bola

Bicara korupsi, selalu baru. Karena terus meluncurkan aneka motif, pelaku, dan tentu saja sasaran yang digasak. Mau lebaran, atau di luar lebaran, setiap hari kita disuguhi begitu kita kaya realita yang bersangkut paut dengan korupsi. Oleh karena demikian, tak beralasan bila seniman kawakan, Sujiwo Tejo, mengatakan bila korupsi merupakan salah satu simpul pengikat rasa berbangsa kita. Sederhananya, karena korupsilah maka kita mempunyai satu menu menarik untuk kita bicarakan, debatkan, caci-maki, bahkan kita tiru. Sebab apa lagi yang membikin kita merasa dalam satu situasi sebagai sebuah bangsa.



Selain korupsi, menjelang lebaran yang menjadi bahan perbincangan yakni mudik. Tradisi mudik menjadi begitu kentara di negeri ini, bahkan gembar-gembornya mengalahkan arti lebaran sendiri. Bisa dikatakan, mereka yang mudiklah sesungguhnya yang berlebaran. Mudik tak hanya menyangkut perpindahan badan dari satu tempat lain menuju tempat asal. Tetapi sudah melibatkan unsur ekonomi, politik, moral, dan sosial. Jadi tak heran, bila lebaran sudah menganga di depan kita, para pemudik pasti menyiapkan aneka macam persiapan untuk menyongsong demi menyelenggarakan perjalanan suci ini. Tahun ini, menjadi tahun miris bagi pelaku mudik. Pasalnya angka kecelakaan meningkat pesat dibanding kemarin.

Nah, ketika kita mudik dan bertemu dengan sesama pemudik (bisa dipastikan terminal, stasiun, bandara padat) menimbulkan aroma persaingan yang manis. Di terminal saling berdesakan, bahkan Ibu saya harus mengalami berdiri dari Surabaya menuju Probolinggo ketika naik bus. Lalu saya mengalami kemacetan luar biasa di daerah pasuruan ketika mudik ke lumajang. Euforia mudik, kembali mengikat rasa kita dalam situasi tertentu. Saat melihat acara mudik di TV, kita seakan berbaur. Menyatu dalam suasana. Ini merupakan sauatu rasa kesamaan setiap individu dengan individu lainnya. Inilah rasa berbangsa.

Lalu bola. Timnas Indonesia mempunyai mimpi besar untuk tampil di PD Brasil 2014. Maka semua elemen larut dalam perjalanan Firman Utina dkk. Berjejal antre tiket untuk melihat Indonesia bertarung. Sebuah semangat dan kekuatan yang luar biasa.