Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 27 Desember 2014

Menjadi Guru 13

#Habis

Menjadi guru merupakan panggilan hati. Versi saya tuh. Saya percaya, ketika sebuah pekerjaan di mulai dari hati, semua akan lancar jaya (umumnya). Namun terkadang, meskipun dari hati, manusia selalu diganggu yang namanya kelabilan. Antara ikhlas dan tidak, antara sabar dan kebalikannya. Begilah dua kutub saling tarik menarik. Mungkin di situlah keunikan sekaligus keindahan sifat manusia.

Kalau saya memutuskan untuk tidak menjadi guru, tentu saya telah menimbangnya berat-berat. menakarnya masak-masak. Hingga lahirlah eksekusi pilihan tersebut. Konsep panggilan hati di awal, tampaknya punya banyak gangguan teknis maupun non teknis. Tapi, saya tak mau menyalahkan di luar diri saya. karena jelas, ini pilihan saya sendiri. Tanpa paksaan lagi. maka, nyinyir sambil memuntahkan kesalahan pihak lain, bukan hal bijak. Meski pikiran-pikiran semacam itu tumbuh subur di kepala. Sabar, begitu kata kuncinya.

Hal paling mendasar yang amat mengganjal, yakni hubungan psikis yang terjalin antara saya dan murid saya. Susah sekali diterjemahkan, ketika harus jauh dari mereka. Namun, biarlah resahku menjadi nyanyian privat. Saya harus berjalan ke arah berbeda. Menyimpan rindu, kekesalan, dan seabrek teka-teki yang tak mungkin saya pecahkan.