Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Senin, 01 Juli 2013

Menjadi Guru 7


 Tujuh

http://4.bp.blogspot.com/-c1i_u5qQes8/UIbd8uBhHdI/AAAAAAAAIM0/Nh4LyH_BTro/s400/sedih.png
Siang itu begitu panas. Sepanjang perjalanan, saya mencoba mengusir kegundahan hati dengan bernyanyi-nyanyi seperti orang yang lagi bahagia atau lebih tepatnya orang gila. Jalanan yang cukup macet, membuatku makin panik. Yap, hari itu saya harus ke sekolah baru untuk menjadi pengajar pengganti. Dua bulan, begitulah komitmen awal.

Aku berjalan ragu-ragu dari parkiran. Aku tak tahu di kelas mana harus mulai mengajar. Tapi hari itu saya sedang beruntung, di tengah kebingungan saya bertemu Pak Dody. Selanjutnya beliaulah yang mengantarku ke ruang guru. Memberikan sedikit penjelasan. Tentu saja cukup mengejutkan, saya harus mengajar siswa putri. Apalagi harus berada di ruang guru putri pula. Inilah yang membuatku sedikit kikuk. Mau bicara rasanya susah. Malu. Begitulah.
                                                                           ***

27 Maret 2013. Pukul 09.15

Hari itu masih pagi. Saya melangkah cepat menuju parkiran. Mataku panas. Kugunakan sapu tangan untuk menyeka air mata yang tak kuasa kubendung. Sepanjang perjalanan, aku hanya bisa diam. Sesekali menarik napas panjang. Kebersamaan dua bulan dengan sahabat kecilku hari itu harus berakhir. Jujur, saya begitu kehilangan. Keceriaan mereka. Kenakalan mereka. Keisengan mereka. Ah, perpisahan ini menyisakan kenangan manis yang tak mungkin bisa kubagi dengan siapapun.


* tapi hidup harus berjalan. Sahabatku, suatu saat semoga kita masih bisa bertemu lagi. Saya harap, saat itu kalian sudah bersama cita-cita kalian. Ingat selalu, jangan suka mengeluh pada keadaan. Bekerja keraslah untuk menjadi yang kamu impikan. Masih ingatkan pertemuan kita yang pertama? Saat itu kalian menyebutkan cita-cita kalian. Dokter, desainer, guru, pengusaha, Penulis, bahkan yang mau menjadi gemuk juga ada.

* nah, yang terpenting bukan apa mimpimu, tapi apa yang telah kalian perjuangkan untuk mimpimu itu? Maka saya ucapkan untuk mencapai apapun mimpimu tersebut. Kalian adalah anak-anak berbakat dan luar biasa. Selamat berjuang ya........... :-)

* terima kasih semuanya. Saya pasti banyak salah yang sengaja maupun tidak. Minta maaf yang sebesar-besanya ya....

Salam Arektuabenerbenertwo
Salam VII-B1

luka dan bisa kubawa berlari
berlari...
hingga hilang pedih peri
dan aku lebih tidak peduli
aku ingin hidup 1000 tahun lagi

 Catatan Kaki: