Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Senin, 01 Juli 2013

Menjadi Guru 6

http://www.marketing.co.id/wp-content/uploads/2011/11/Raport-235x300.jpg
REPOT

Benar saja. Repot. Begitulah satu kata ampuh untuk menggambarkan situasi menjelang pengambilan RAPOR. Apalagi bila angka-angka yang ada di dalam benda tersebut tidak cukup baik dari tahun sebelumnya. Tentu Orang Tua kita akan sedikit rajin melontarkan petuah-petuahnya. Rumusnya jelas, masuk telinga kiri, keluar telinga kiri. Lho? Ya, karena telinga kanannya disumpal headphone..

Apakah hal semacam ini terjadi di sekolah tercinta kita? Jawabannya tentu pasti. Yang saya tahu, prestasi siswa di sekolah ini cenderung turun. Ada juga sih yang naik. Tapi itupun menjadi bagian minoritas. Nah, umumnya nilai siswa di sekolah ini cenderung terjun bebas. Memanglah, tak bisa disalahkan kepada pelakunya. Maklumlah, setiap hari tentu kita banyak permasalahan yang datang. kadang-kadang masalah tersebut menghantui. mengejar-ngejar. memukul. menendang. Sampai akhirnya kita ambruk. Nyerah pada permasalahan yang membelit. Untung saja masih ada sisa nafas.
Nah, sisa-sisa nafas yang masih kita miliki sampai detik ini ayo kita pergunakan untuk berbuat sesuatu. Minimal sekadar menatap tajam setiap permasalahan yang hendak menjamah. Siswa yang naik kelas (digantung atau yang tidak digantung) perlu mensyukuri apa yang telah sampean peroleh. Boleh berbangga. Tapi jangan sampai membuat sampean kepalanya benjol. Ups, maksudnya kepalanya besar. nanti bisa bahaya.

Selanjutnya, teman-temanku yang kali ini belum berhasil untuk naik ke jenjang berikutnya, sampean pun ndak perlu takut. Jalan masih panjang Nak. Saya tahu, kalian punya potensi yang luar biasa. Cuma, kami sebagai guru masih terlalu bodoh untuk tahu. Tak ada yang perlu untuk disesali, jadikan ini sebagai cambuk untuk menjadi pribadi yang hebat. Buat keputusan ini sebagai sesuatu yang keliru, lalu buktikan bahwa kalian adalah pribadi yang hebat. Buktikan Nak. Doa kami selalu bersama kalian.

Repot. Kata-kata itu masih saja terngiang di telingaku. Tapi baiklah, serepot apapun kita, sore ini akan terus berjalan. malam sudah mulai memapas di kejauhan. Selamat beraktivitas teman-teman. Di akhir tahun ajaran ini, saya selaku manusia, minta maaf yang sebesarnya untuk kalian semua. Selalu ingatkan saya bila dalam langkah ke depannya, masih seperti ini saja. Sekali lagi mohon maaf.