Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Rabu, 23 Oktober 2013

Baby Proof: Idealis dan Cinta

Karya: Emily Giffin (@2006); penerjemah: Isti Rahayu; penerbit: Esensi (@2009)

Baby Proof (bebas tangisan bayi)

Jatuh cinta, menikah, kemudian punya bayi. Itukah yang diinginkan setiap wanita?  Tidak bagi Claudia Parr. Ia tak pernah ingin menjadi Ibu. Baginya, adanya anak-anak akan menimbulkan masalah sendiri. Itulah sebabnya harapannya untuk menikah dengan lelaki yang berpandangan sama, menjadi seperti impian belaka. Sampai kemudian, dia bertemu dengan lelaki menawan Ben Devenport.

Perjumpaan dengan Ben, membuat Claudia menemukan harapan untuk melanjutkan hubungan ke yang lebih serius, menikah. Tentu saja ini didasari oleh prinsip Ben yang sama dengannya, tidak mempermasalahkan adanya anak atau tidak. Setelah berpacaran dalam waktu relatif singkat, menikahlah dua pasangan muda yang ideal ini.

Perjalanan rumah tangga keduanya ternyata tak sesuai dengan yang direncanakan di awal pernikahan. Suatu hari, Ben mengutarakan keinginannya untuk mempunyai anak. Ia iri dengan teman dan saudaranya yang punya bayi-bayi lucu. Menggemaskan. Maka, ketika niat ini diutarakan, respon Claudia menentang. Permasalhan inilah yang kemudian semakin meruncing. Akhirnya, pernikahaan mereka tidak bisa terselamatkan. Mereka bercerai.

Pada saat sendiri, Claudia menghabiskan waktunya untuk merenung. mempelajari apakah yang ia perbuatnya ini merupakan suatu hal buruk atau sebaliknya. Sampai kemudian, ia menjalin hubungan dengan Richard, teman sekantornya. Tetapi hubungan mereka tak lebih dari sikap putus asa Claudia, saat melihat Ben berpegangan tangan dengan gadis muda, Tucker, saat lomba marathon. Kendati Ben telah menjelaskan tak ada hubungan apa-apa, tapi Claudia memiliki pemikiran berbeda.

Hingga kemudian, Claudia mengajak Richard untuk menghadiri acara pembaptisan anak sahabatnya. Tentu saja, Claudia tahu, Ben akan hadir. Di sinilah sebenarnya ia ingin agar Ben melihat kalau dirinya sudah benar-benar melupakannya. Meskipun itu tak cukup berhasil. ia gugup dan salah tingkah ketika melihat Ben. Tapi rencananya berhasil, Ben menjadi cemburu melihat kehadiran Richards.

Selepas kejadian itu, Claudia memikirkan lagi jalan hidupnya. Meskipun pada akhirnya ia kembali lagi dalam dekapan Ben, tetapi keecemburuan antara Ben dan Claudia menjadi hal kocak.

Cerita ini memang masih percaya, bahwa cinta itu mampu mengalahkan segalanya. Claudia dan Ben bersatu. Setelah perceraian dan konflik batin keduanya. Hingga berujung sebuah kesadaran untuk saling mengalah. Claudia, yang memiliki masa lalu cukup buruk dengan orang tuanya, tak lagi mempermasalhkan apakan dirinya akn punya bayi atau tidak. Demikian juga dengan pemikiran Ben. Istimewa. (PS)