Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Senin, 01 Juli 2013

DOS

 
http://www.prfmnews.com/classSharing/classImages/slide-berita/bbm-naik.jpg
Kemarin saya pulang kampung. Momen liburan. Di sekolah ada aktivitas penerimaan siswa ups peserta didik baru. Yah, mau siswa/murid/peserta didik, bagi sekolah swasta pinggiran sama pentingnya.

Nah, kembali ke masalah pulang kampung. Perjalanan Surabaya menuju Lumajang memakan waktu kurang lebih 4 jam. bagi yang awam dengan Lumajang, bayangkan saja Jember lah. Kalau masih belum juga ngeh, imajikan dengan tempat nun jauh di selatan.

Ndak tahu kenapa, hari Jumat kemarin, bus bus pada padat penghuni. Jadi harus duduk di kursi tambahan. Kursi plastik. Padahal busnya Patas. Itupun tarifnya sama saja dengan yang duduk di kursi empuk. Masih belum berhenti, tarifnya naik. Yap, ini masalah BBM tempo hari.
Sampai di terminal Lumajang, saya harus menempuh perjalanan lagi yang cukup jauh. Termasuk mengerikan juga. Transportasinya yang memungkinkan yakni ojek. Maka sesuai dengan hukum yang berlaku, saya ngojek. Kampungku cukup terpencil. Tak ada lampu yang bertebaran di jalanan. Suasana benar-benar gelap. Saat itu pukul 9.30. Beberapa rumah penduduk yang kami lewati sudah senyap. Suara motor menderu membelah sepi. Melintasi areal persawahan yang cukup panjang. Kanan kiri hanya sawah menghampar. Kadang-kadang saya berpikir ekstrem.

Motor berhenti. lalu saya dihajar ditempat gelap itu. barang-barang kepunyaanku dirampas habis. lalu dibunuh. Wah, menggigil saat bayangan itu melintas. Maklumlah, ilmu bela diri saya cekak. Dulu hanya beli seragam silat, lalu mbolosan. Wal hasil hanya punya seragam saja. Tanpa ilmu. jadi kalau dihajar, saya hanya bisa pasrah. dan mungkin berlari, tapi kalau ketangkap langsung dibunuh biasanya.

Untuk mengurangi pikiran kotorku, aku berbasa-basi dengan pengendaranya. kadang terselip rasa berdosa. Suara pak ojek, lembut. Kebapak-bapakan. Namun beberapa saat kemudian, pikiran kotor itu menyelinap.

"Ya mas. sekarang ini BBM Naik. biasanya beli 15 ribu sudah penuh, sekarang 25 ribu" katanya perlahan.

"Iya pak. betul. tapi mau gimana lagi"

"sebentar lagi pelebaran. Penghasilan seperti ini terus. Tapi harga-harga udah pada naik."

pikiranku berlari-lari. Beberapa hari lalu salah satu pejabat bilang, kenaikan BBM untuk menyelamatkan perekonomian kita. Kalau tak dinaikkan akan memperburuk keadaan.

"mau gimana lagi pak"

"betul mas. ya begini ini. pengeluarane besar. pemasukane segini saja."

Sepanjang sisa perjalanan, saya ndak takut lagi. Kalaupun mau dirampok, saya pasrah. Tapi pak ojek tersebut, memang bekerja dengan baik. Saya sampai rumah dengan selamat. Saya masih menyimpan senyumnya rapat-rapat di hati. pekerja yang punya ketulusan dan tanggung jawab.

yah, semoga saja yang lainnya memiliki integritas yang sama di tengah badai masalah yang mendera kita. hehe, aminlah..