Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 21 Mei 2011

Beberapa Terminologi Budaya

Untuk memahami pengertian konfrontasi budaya, pertama-tama kita perlu memahami definisi budaya dan kebudayaan terlebih dahulu. Menurut E. B. Taylor dalam Soekamto (1983: 158), kebudayaan merupakan kompleks menyeluruh yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan yang dipunyai manusia sebagai warga dari suatu masarakat. Pengamat dan kritikus kebudayaan terkemuka, Raymond Williams , mengklasifikasi tiga arus penggunaan istilah budaya, yakni:



a. Yang mengacu pada perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis dari seorang individu, sebuah kelompok, atau masyarakat;
b. Yang mencoba memetakan khazanah kegiatan intelektual dan artistik sekaligus produk-produk yang dihasilkan (film, benda-benda seni, dan teater). Dalam penggunaan ini budaya kerap diidentikkan dengan istilah “kesenian” (The Arts);

c. Yang menggambarkan keseluruhan cara hidup, berkegiatan, keyakinan-keyakinan, dan adapt kebiasaan sejumlah orang, kelompok, atau masyarakat.
Sementara itu Koentjara Ningrat , mendefinisikan kebudayaan paling sedikit mempunyai tiga wujud, yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan memberi arah pada kelakuan, dan perbuatan manusia dalam masyarakat yang sering disebut dengan adat kelakuan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto, dan berlokasi dalam, alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Gagasan-gagasan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat yang sering disebut system social. System social ini terdiri dari rangkaian aktifitas manusia dalam masyarakat yang selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adapt tata kelakuan, misalnya gotong royong atu kerja sama.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini disebut kebudayaan fisik dan merupakan seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam msyarakat. Kebudayaan fisik berupa benda-benda konkret seperti candi borobudur, kain batik, dan sebagainya.
Kita menyadari bahwa setiap budaya memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Budaya tidak berbeda dengan proses lainnya. Perjumpaan tersebut menimbulkan beberapa proses yang secara garis besar dapat berupa penolakan (konfrontasi) dan penyesuaian (adaptasi). Baik konfrontasi budaya, maupun adaptasi budaya akan melahirkan wacana baru yang perlu dikritisi ulang.