Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Selasa, 17 Maret 2015

Anak-Anak Revolusi: Membaca Orde Baru Rasa Politikus

Halo sahabat semuanya. Berikut saya akan berbagi sebuah buku unik yang berjudul Anak-Anak Revolusi (AAR).

Pertama saya harus jujur, ketika membuat tulisan ini, buku AAR belum selesai kubaca. Baru 278 dari 473 halaman. Tapi karena tuntutan deadline pribadi, maka sedapatnya saya harus menuliskan apa yang saya temui dalam buku ini. Nah, di awal saya tulis, jika buku AAR karya politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko (BS) ini unik. Hal ini karena buku ini sejatinya merupakan autobiografi penulis.  Namun, menurutku buku ini lebih suka kusebut novel. Mengapa? Karena ketika membacanya, selalu saja ingin membuka lembar demi lembar. Hal demikian kualami ketika membaca novel.

AAR mengisahkan reliku kehidupan penulis. Masa kanak-kanak (zaman orde baru) hingga pasca reformasi (menjadi anggota dewan). Tentu saja poin tinjunya yakni ketika partainya (PRD) dibredel oleh orba. Kemudian dengan segala tipudaya, dia dan anak buahnya harus menjadi buronan sebelum dijebloskan sebagai tahanan politik.

Namun tenang saja, sebagai autobiografi, tulisan BS memiliki daya magis. Alurnya ditata secara acak. Suatu saat kita menikmati masa kecil Budiman yang penuh effort untuk membantu kaum lemah, tiba-tiba disuguhi adegan sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Begitu banyak kejutan dari pola penceritaan semacam ini. Buku ini tentu saja tidak garing seperti buku sejarah yang berkutat pada angka dan kejadian. namun kita diseret melalui nafas tokoh Budiman.

Kita akan diajak untuk melihat Desa Majenang dengan segala kesederhanaan yang memang sederhana. Namun bibit-bibit ketakberdayaan terlihat begitu nyata. Kemiskinan, keresahan, menerbitkan impian-impian untuk mendamaikan keadaan dengan tataran ideal. Maka, Budiman kecil dengan kelincahan dan rasa ingin tahu serta didukung bacaan melimpah, menjelma menjadi satu pribadi yang memiliki konsep dalam tindak-tanduknya.

Kita juga akan melihat dari dekat, bagaimana dia harus bersembunyi dari kejaran intelejen yang memburunya. Akibat partainya yang mengusik wilayah nyaman penguasa waktu itu. Manipulasi dan penjungkirbalikan opini, membuat citra keduanya menjadi musuh yang paling diburu kala itu. Juga saat detik-detik penangkapan. Ketika berkas-berkas yang dibawanya harus dimusnahkan dengan cara menelan (untuk menghilangkan bukti).

Buku ini berkisah tentang masa paling kelam dalam arena Indonesia pasca merdeka. Ketika penguasa memiliki agenda-agenda yang mengatas namakan rakyat dengan cara-cara diktator (baca: kesewenang-wenangan). Generasi muda akan mudah melacak apa yang sebenarnya terjadi pada bangsanya, sehingga dikemudian hari bisa menjadi acuan.

Lebih dari Motivasi

Novel Andrea Hirata, Novel Anwar Fuady, di dalamnya banyak inspirasi dan motivasi yang bisa kita ambil. Bahwa hidup tak boleh menyerah. Selalu ada jalan bagi mereka yang senantiasa berusaha. lalu ANAK-ANAK REVOLUSI berada di mana? Sepanjang buku ini, motivasi-motivasi yang digelar bermuara pada satu titik: menggerakkan semangat untuk melawan kedzaliman penguasa yang sewenang-wenang. Nilai poinnya di sini. Tokoh di buku ini memang semenjak kecil ingin menyukai politik, yakni politik pembebasan. Maka semangat dan gelak hidup yakni bagaimana memacu diri untuk berani mengambil sikap. Di situ dikatakan, membaca saja tidak cukup, tetapi harus dengan perbuatan.

Melalui AAR, kita juga akan tamasya dengan dunia sains, filsafat, sastra, dan musik. Dengan narasinya yang sederhana, penulis mampu membawa kita untuk menemui hal-hal baru lewat kedalaman daya bacanya tentang poin-poin yang saya sebutkan di kalimat awal paragraf ini. Satu hal yang bisa kita telaah, yakni bagaimana tradisi baca seseorang anak desa, mampu mengantarnya menjadi reformis yang mampu membuat gerah penguasa yang puluhan tahun berkuasa.

Buku ini layak dibaca lintas generasi. Sekadar mengingatkan, bahwa ada masa bangsa ini dirundung duka. Nah, ada cara untuk melihat semuanya itu dari dekat, tidak melulu kering seperti data dan angka sejarah. Buku ini solusinya. Saya rekomendasikan untuk semuanya, membaca buku ini. Kabar gembiranya, jilid dua juga sudah terbit.

Sebagai penutup ulasan singkat ini akan saya kutipkan salah satu penggalan dalam buku ini. Situasinya yakni saat penulis ditangkap bersama rekan lainnya setelah lama buron. Saat kematian menjadi hal yang paling susah untuk tidak dipikirkan.

Setiap orang yang punya cita-cita untuk melakukan perubahan besar pasti akan mengalami ini. Cobaan itu akan datang menjelang kemenangan yang besar. Itulah harga yang harus dibayar oleh setiap orang yang ingin mewujudkan cita-citanya yang besar. Setiap orang yang mengubah sejarah pasti pernah dan harus mengalaminya
Kerja bagus mas Budiman.

18.3.2015 (Ruang Kerja. 01.35)