Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Rabu, 03 November 2010

Bencana itu nama orang


Bencana tiba-tiba akrab dengan kita. Sekedar menyebut yang hangat-hangat semisal, Wasior, Mentawai dan Merapi. Nah, permasalahan berkepanjangan akan muncul ketika sebuah bencana hadir di tengah-tengah kita. Baik itu yang berdampak langsung atau tidak. Toh, solidaritas masih banyak dipunyai penduduk negeri ini. Sebuah hal yang membanggakan.

Terlepas dari apa dan mengapa bencana terjadi, marilah kita bersujud kepada Allah S.W.T. Ternyata kita (baca: manusia) tidak mempunyai kekuatan untuk menolak rencana-rencana-Nya. Mungkin saat ini kita melihat dengan manis kawan-kawan kita di TV sambil menyeruput teh. Tapi kita tak tahu nasib selanjutnya yang meyeret kita. Bisa-bisa tiba giliran untuk lebih dekat lagi dengan bencana.

Nah, mari kita mengenal bencana sebagai kawan lama yang tak pernah bersua. Sehingga bila suatu saat Tuhan mempertemukan, setidaknya ada kegembiraan yang menyelimuti perasaan. Sehingga sikap memvonis Tuhan kejam atau angker tak pernah terbersit dalam hati ini.

Pada akhirnya, bencana merupakan silklus yang selalu ada untuk menjemput kiamat yang dijanjikanNya. Kita tak usah berkecil hati untuk menunggu kapan giliran bertemu bencana, karena kita sendiri adalah sumber bencana.