Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Kamis, 14 Oktober 2010

Ragam bahasa

Ragam bahasa ialah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut penutur dan cara penyampaiannya.
- Secara garis besar, ragam bahasa dapat ditinjau dari beberapa aspek yakni:
1. Penutur
a. Idiolek: ragam dan gaya bahasa yang dimiliki oleh perseorangan. Misalnya, gaya bahasa Ariel berbeda dengan gaya bahasa Ahmad Dani.
b. Dialek: ragam bahasa yang digunakan oleh orang di daerah tertentu atau oleh sekelompok orang. Misalnya, perbedaan tekanan pada bahasa jawa dan madura.
c. Sosiolek: ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok anggota masyarakat dari golongan sosial tertentu. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan oleh orang berpendidikan, tentu berbeda dengan ragam bahasa umum.
d. Fungsiolek: ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan, pekerjaan tertentu. Pada fungsiolek dapat dikenali dari perbedaan pada pemilihan sejumlah kata atau ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang atau dalam pembahasan pokok persoalan yang bersangkutan.
2. Situasi
a. Formal: Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal disebut bahasa baku. Ragam bahasa yang digunakan sesuai berdasarkan kaidah-kidah fonologi, morfologi, sintaksis secara tetap. Misalnya, digunakan dalam seminar, pidato resmi, dll.
b. Informal: Ragam bahasa yang digunakan kaidah-kaidah bahasa yang tidak berdasarkan standar. Misalnya, digunakan dalam acara santai.
3. Penyampaian
a. Bahasa lisan: ragam bahasa yang diungkapkan secara lisan.
b. Bahasa tulis: ragam bahasa yang diungkapkan melalui media tulisan.
Dalam situasi formal, kita umumnya menggunakan bahasa baku. Misalnya dalam acara seminar, loka karya ilmiah, interaksi belajar di sekolah dll.
- Bahasa baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sebaliknya, bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut.
- Ciri-ciri bahasa baku
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah.
Baku Tidak Baku
saya gue
merasa ngerasa
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing.
Baku Tidak Baku
itu guru itu adalah guru
kesempatan lain lain kesempatan
3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.
Baku Tidak Baku
bagaimana gimana
begitu gitu

4. Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu.
Baku Tidak Baku
menghemat waktu mempersingkat waktu
mengatasi berbagai mengejar ketinggalan
ketinggalan
5. Tidak mengandung arti pleonasme
Baku Tidak Baku
mundur mundur ke belakang
hadirin para hadirin
- Membedakan proses dan hasil
Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan.
Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar verba.
Contoh penanda proses:
- Pengevakuasian korban banjir di Wasior berlangsung seminggu.
Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses
mengevakuasi
- Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Gubeng merupakan kebijakan Lurah yang baru.
Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/ membuat secara kolektif
- Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/ memberi pupuk.
Contoh penanda hasil:
- Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok
- Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis
- Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Surabaya dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau


Tugas.
Bacalah surat kabar Memorandum, Surya atau Duta Bangsa. Carilah kata-kata tak baku (minimal 10 kata) dan 5 buah pola proses dan hasil dari yang kamu baca.