Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Senin, 16 Agustus 2010

Siklus 65 lesu

Bangunlah jiwanya
bangunlah badannya
untuk Indonesia raya.


Kita sudah merdeka sekarang. telah 65 tahun, merah putih bisa tersenyum dan tertawa lepas di jagad biru pertiwi. Meskipun kali ini perayaannya cukup lesu. Mungkin karena puasa yang menjadi biangnya. Toh, bila melihat ke belakang, proklamasi dulu juga pas bulan puasa. Jadi alasan karena puasa, sesungguhnya suatu yang mengada-ada.

Kemeredekaan merupakan sebuah siklus yang mengantar kita pada pencapaian derajat sebagai sebuah komunitas bangsa yang utuh. Untuk saat ini, kemerdekaan bisa berarti macam-macam. Hal ini memungkinkan karena kita tak punya komitmen untuk bangsa ini. Semua terkotak pada komunitas-komunitas tertentu, kelompok-kelompok tertentu. Tentu saja ini menciderai sisi kemanusiaan kita. Akhirnya kita menghgamba hanya pada kelompok tertentu dengan atribut yang saling berlainan dengan lainnya. Alih-alih saling melengkapai, umumnya saling beradu untuk mencapai titik yang tak mungkin ada lagi, kemenangan untuk salah satu pihak.

Kemerdekaan sekali lagi merupakan siklus. Sebuah momentum untuk masyarakat Indonesia keseluruhan membangun sesuatu yang telah lama hilang di negeri ini. Melalui 65 tahun ini, kita bangkit dan memodifikasi realitas guna melihat merah putih berseri dan tak pernah lusuh lagi.