Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Senin, 04 November 2013

Menjadi Guru 9



Kesaksian: perjalanan di batas tahun; part. 1


sepagi itu saya sudah mendapati senyummu terkatung-katung di udara. Oksigen yang melimpah ruah pada daundaun itu menjadi hiburan tersendiri buatku. melihat itu, saya ingin terbang menjadi burung, persis seperti yang saat kita lihat hari itu. Sayapnya mengepak oleh suaramu yang parau. melenting di udara. hinggap di tambak yang telah mengering. Aku menikmati itu lebih dari yang kau lihat. begitupun yang kurasakan.

mari berhenti sejenak.

perjalanan hari itu bukan kali pertama. masih di tempat sama, mungkin modelnya yang agak berbeda. bahkan orang-orangnya tidak sama. tapi semangatku masih seperti dulu. tentu saya tertawa. saya suka itu. di alam lepas, saya selalu melenturkan rahangku dengan tawa. melepas beban hidup yang kian menggerogoti pikiran. maka obatnya ya tertawa. seperti hari itu.

sudah lama saya menunggu momen kebersamaan semacam ini. menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida secara acak, namun menimbulkan harmonisasi yang tidak bisa dibilang jelek.

saat kakikaki kita dengan lincahnya meloncati pematang tambak, udara tak begitu bersahabat. maksudnya, sinar matahari yang membuat sedikit kacau. panasnya menjalar dari ujung rambun hingga melesap ke tapak kaki. begitupun, tak memaksa surut niat kita untuk terus merangsek. saya katakan, "sekali lagi kita sampai'. ucapan itu berulang ulang. memang saya berbohong. namun itu demi memompa aliran semangat yang mengental di pembuluh darah kalian.

Toh, akhirnya kita berhasil kan? duduk di gazebo dengan mata nanar melesak ke lautan lepas. mencoba menerka berapa jarak yang telah menyeret kita kemari. mengalikannya dengan energienergi yang tercecer di jalanan. Tapi lihatlah, kalian tersenyum. kalian memantik energiku berlipatlipat.. kalian tampak seperti bukan kalian. maksud saya, kegembiraan dan keceriaan itu seperti kepunyaan malaikat. Ah, saya cukup haus. bahkan sangat.

mangrove, menjelang 1 Muharram 1435
*bersama 15 remaja putri yang sangat tangguh. didampingi sang maestro berkacamata. berkelana mencari satu tujuan yang sulit untuk dibayangkan. tapi akhirnya didapatkan dengan peluh yang membanjir. terima kasih atas kesempatan yang diberikan atas petualangan ini.

@21:09, hari itu juga
di perpustakaanku yang damai