Sedia
payung sebelum hujan. Begitulah sebuah peribahasa yang kerap kali kita
dengar. Sebuah anjuran untuk menyiapkan segala hal secara cermat sebelum
hal tersebut menghampiri kita. Seringkali kita menjadi orang paling
sibuk sendiri ketika menghadapi suatu permasalahan. Menyalahkan waktu
yang terasa semakin sempit. Menyalahkan orang-orang di sekitar kita.
Bahkan menyalahkan Allah pun dapat saja terjadi.
Sedia payung sebelum
hujan. Mengisyaratkan kepada kita untuk belajar menyiapkan segala hal
dengan sebaik mungkin. Sehingga pada waktunya tiba kita akan benar-benar
siap. Seorang siswa yang memiliki rutinitas belajar setiap hari akan
berimbas pada prestasi di sekolahnya. Seorang karyawan yang bekerja
dengan penuh totalitas akan berdampak pada kelangsungannya di tempat
kerja. Seorang calon pemimpin yang menyiapkan dirinya dengan bekal
kejujuran, kedisiplinan, keuletan, dan sifat-sifat positif lainnya akan
membuat dirinya kelak menjadi pemimpin yang berintegritas. Begitu juga
umat manusia, ketika di dunia menyiapkan dengan cermat bekal hidup di
akhirat, maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang indah.
Nah,
ketika kita membahas tentang pentingnya sebuah persiapan sebagai kunci
menghadapi problematika hidup, di sisi lain kita juga membincangkan gaya
hidup modern yang dikenal dengan serba instan. Kenapa bisa
begitu? Semenjak Televisi mengisi bagian hidup kita,
kemudahan-kemudahannya membuat tak terpisahkan dari kebutuhan. Ketika
dulu orang harus membeli buku-buku mahal untuk mendapatkan
informasi-informasi penting, sekarang media internet menjadi solusi
praktis. “Tinggal klik, semuanya beres” kata temanku yang sehari-sehari
berbaur dengan IT. Fenomena ini berdampak pada ruang bersosialisasi
dengan munculnya jejaring sosial di dunia maya. Tanpa harus berada dalam
satu ruang, kita bisa berbincang-bincang. Model komunikasi yang
demikian ini ternyata mampu menimbulkan efek besar, salah satunya yakni
revolusi Mesir. Opini-opini di salah satu jejaring sosial mampu
menyatukan beragam kalangan, sehingga puncaknya revolusi pecah.
Serba
instan memang sebuah tawaran yang cukup menjanjikan ketika teknologi
berkembang demikian pesat. Lewat ponsel kita bisa menjelajahi seluruh
dunia, berbelanja, transaksi banking, beribadah dengan membaca/mendengar
ayat suci Al-Quran, bahkan berbuat kejahatanpun sangat memungkinkan.
Pola-pola instan seperti demikian akan memudahkan kita dalam banyak hal.
Permasalahannya yang kemudian muncul yakni instanisasi di
seluruh aspek kehidupan. Untuk menjadi pemimpin, justru modal uanglah
yang harus banyak. Tak heran, lazim pada saat ini dikenal istilah money politik. Mencuri/merampok menjadi alternatif untuk mengatasi kesulitan hidup.
Ijazah tak lagi harus didapatkan dengan susah payah di lembaga
pendidikan formal, sekarang sudah terdapat sistem pesan. Pokoknya mbayar,
semua bisa diatur. Suap-menyuap menjadi primadona untuk mendapatkan
semua keinginan kita. Puncaknya yakni korupsi di segala bidang tak bisa
dielakkan.
***
Sedia
payung sebelum hujan. Setidaknya ini dapat dijadikan salah satu
alternatif untuk menjalani tahun baru islam 1434 H. Ketika awal tahun,
tentunya banyak hal yang kita agendakan untuk dicapai. Nah,
mempersiapkan diri sedini mungkin sudah seharusnya kita laksanakan. Aset
berupa persiapan (perencanaan) merupakan sebuah investasi yang cukup murah namun sulit untuk dilaksanakan. Sebagai investasi, tentunya perencanaan
akan terbagi menjadi dua bentuk yakni investasi jangka panjang dan
investasi jangka pendek. Pendidikan merupakan salah satu contoh
investasi jangka panjang yang akan membuat kualitas hidup kita menjadi
lebih baik. Bertaqwa kepada Allah juga salah satu wujud investasi jangka
panjang. Mewujudkan kehidupan yang berkah di dunia dan akhirat.
Untuk
itu mari kita mulai tahun baru 1434 Hijriah dengan optimisme akan
kehidupan yang lebih baik. Marilah membuat rencana-rencana yang akan
meningkatkan kualitas hidup kita. Bukankah Allah
SWT telah memberikan sebuah acuan, bahwa sebuah kaum tak akan diubah
nasibnya sampai kaum tersebut mengubah hidupnya sendiri. Ini sudah
sangat cukup sebagai pondasi untuk selalu berusaha (ikhtiar) untuk
kesuksesan kita.
Sekali
lagi, tak semuanya hidup itu selalu instan. Kesuksesan tak bisa didapat
dengan jalan pintas (instan). Jadi mulai sekarang mari berhenti
menyalahkan keadaan. Bila saat ini kita merasa dikucilkan Allah dengan
keadaan kita yang miskin dan ketakberuntungan lainnya, kini saatnya Anda
bangkit. Katakan pada diri Anda sendiri
“Saya diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna. Saya harus
berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan hidup dengan
petunjuk-petunjuk-Nya. Saya akan merencanakan bagaiamana memecahkan
persoalan-persoalan yang mendera kehidupanku”. Ketika itu sudah
menjadi janji pada diri Anda, gunakan itu sebagai pemicu semangat Anda
dalam melakukan apapun yang Anda kerjakan. Dengan demikian gerbang
kesuksesan telah Anda masuki, tinggal seberapa canggih mengobarkan
semangat dalam diri Anda.
Sedia payung sebelum hujan.
Salam Pak Shodiq