skip to main |
skip to sidebar
RAPOT
itu saja. Tapi gara-gara itu pula, saya harus menahan malu karena
beberapa mata pelajaran nilaiku mendapat angka 5. Pertama matematika,
jelas saya maklum, ini musuh abadi saya semenjak SD. Kedua Agama, dapat
nilai 6. Hah, jelas ini gila. saya tercatat sebagai santri aktif di
mushola kampung. Terakhir, mata pelajaran produktif, menggambar
elektronik, nilaiku terjun payung di poin 4,5. Saya benar-benar
menyerah, saya benci menggambar. Bahkan mungkin semenjak dalam
kandungan.
Pagi itu untuk pertama kalinya yang mengambil rapot,
bukan orang tuaku. Menempuh pendidikan STM jauh dari kota kelahiran
memberikan sensasi yang berbeda. Di SMP setiap semester saya selalu
dibanggakan karena nilaiku selalu surplus. Okelah, saya setuju itu masa
lalu. Pagi itu saya menunduk ketika Ibu Kosku memberikan rapot kepadaku
sambil memberikan wejangan. Telingaku panas. Sepertinya ribuan tawon
mengepung kepala. Entahlah saya menjadi manusia paling tidak beruntung.
Semenjak di STM, yang mengurusi segala masalahku di sekolah adalah Ibu
Kos. Sudah mendapat mandat dari orang tuaku. Maka, mendapat nilai buruk,
menjadi pukulan telak bagiku. Malu pada diri sendiri, pada Ibu kosku,
dan ah.. aku telah mengecewakan orang tuaku.. Anehnya, tiap semester
saya selalu ada yang buruk nilaiku.
Semenjak STM, memang ada
satu kebisaan baru yakni keranjingan Playstation. saat itu masih PS1.
Setiap hari selalu ada waktu yang kuluangkan ke rental untuk bermain PS.
Maklum di kampungku saya tak menemukan hiburan seperti itu. Mungkin
cuma main bola, main layangan, main gambar, dan beberapa permainan ala
anak desa. hijrah saya untuk sekolah di salah satu kota besar, memiliki
dampak tersendiri.
Aha, ternyata itu dulu. sekarang saya malah
didatangi salah satu siswa, sambil menunjukkan rapotnya. Di situ ada
nilai 5, dan saya tersenyum saja melihat mata pelajaran bahasa Indonesia
menjadi bahan diskusi anata saya dengan murid saya. Saya memahami
perasaannya, sebab di luar ruangan, Ibunya tampak menunggu sang anak.
Perasaan saya tiba-tiba campur aduk. Apakah saya terlalu kejam? apakah
saya terlalu egois? apakah saya raja tega?
Untuk teman-teman
semua, semoga rapot yang ada di tangan sahabat semua (meskipun
terlambat) silakan dinikmati. yang mendapat nilai bagus, bersyukurlah
dan tingkatkan. Untuk yang mendapat nilai kurus kering, bangkitlah untuk
menjadi lebih baik. Rapot bukanlah nilai akhir dari segalanya. Bukan
vonis. karena saya yakin, teman-teman lebih bagus dan tak terumuskan
oleh angka-angka. Selamat kawan..
Salam Pak Shodiq