Menu

Puisi (60) Resensi (19) Opini (17) Sastra (16) Cermin (15) Menjadi guru (13) Teror (9) Sabda Pemilik Kampung (8)

Sabtu, 31 Desember 2011

BERTEMU HUJAN



Hujan sore ini adalah getar rasaku yang semakin memudar
wajahmu semakin jauh

tahun pun bergegas pergi
tanpa sehelai daunpun yang tak disapanya
sementara hujan semakin menjadi
langit berduka
airmatanya beterbangan menggerakkan debar rasa ini

rasa yang selalu tertatih
menyapamu adalah nada sendu sore yang merekah
seperti senja yang galau
entahlah

hujan sore ini melepas segalanya

saya tahu, masa depan menghampar di depan sana
percaya atau tidak

hujan
hendak 2012

Menjemput

Aroma tahun ini sebentar lagi meruap. Dimakan udara-udara pagi yang penuh dengan tetesan hujan. Dingin. Seperti burung yang berkelekar tentang nasibnya yang tak kunjung membaik. Sederhana saja, kedua sayapnya luka. Dia tak bisa terbang. Dia hanya bisa meratap. melolong dan meminta belas kasihan saja.

2012 sudah tercium. Aroma mawar atau tinja saling berkelabat mendahului. Tak ada yang salah dengan sahabat baru kita, 2012. tentu saja, kawan baru ini membawa sebagaian orang untuk berkemas menata segala yang perlu dibenahi. 2012 harus punya cowok. harus punya blackbery. Harus lulus prakerin. harus lunas utang. Harus, harus, dan harus.

Indah memang merencanakan sesuatu itu. Dan memang harus punya visi, agar kita mantap bernafas di muka bumi ini. Hah, tentu kita masih ingat awal tahun 2011 kemarin. Saya yakin, bayak hal yang telah kita rencanakan. banyak mungkin diantara kita yang sukses dengan impiannya. Tapi tak sedikit yanggila karena mimpinya buyar. Ingin masuk sekolah negeri, tapi ayal nasib berkata lain. Akhirnya yah....

Apapun itu, sepahit dan semanis yang kita kecap, ada baiknya kita telan. Bukan langsung meludahkan dengan amat serius. Ya, mari untuk tidak menyesali sesuatu yang telah terjadi, sebatas refleksi ya monggo. Sebagai intropeksi.

Mungkin saya terkesan ceramah dan menggurui. Tapi ndak juga sebenarnya. Itu adalah omongan kawan saya tempo hari pada saya. Saya sangat terkesan dan menuliskan lewat status ini.

Oh ya, mari menjadi pribadi yang memiliki visi dan optimisme yang tinggi. Ingat, 2011 semakin dekat dengan kita. 2012 menjauh. akankah kita mengerang seperti seekor burung yang tak bisa terbang itu?

entahlah.

Jumat, 09 Desember 2011

2011 itu



Boleh dibilang murid
2011 perlahan mulai mengepak barang-barangnya. Aku tertegun saja melihatnya. Sebagai sahabat, saya hanya bisa tertegun. Menyaksikan saja. Saya mendukung apa yang diperbuatnya. Tak mudah memang untuk melepas kawan lama untuk selama-lamanya. Setelah setiap waktu kita bergumul. Sedih, canda, dan tetek bengek lainnya. Satu kenyataan yang pasti, semua akan berakhir dan berganti.
Selalu menyisakan cerita. Setiap kepergian. Setiap perpisahan selalu menyisipkan duka yang amat dalam. Saya mencintai tahun ini. Karena di tahun inilah, saya mengawali diri menjadi seorang guru. Tahun inilah teman-teman saya angkat koper dari bangku perkuliahan setelah empat tahun beradu ilmu. Tahun ini juga yang membuat saya sempat meradang ketika dompet saya hilang. Tahun ini pulalah ketika saya harus berharap-harap cemas untuk masa depanku.

2011 sengaja tak memberiku ruang untuk berbicara lebih banyak. Mungkin ini hanya sekedar perasaanku saja. Mungkin itulah pikiran orang biasa. Orang gagal. Meski saya menyebut diri saya tak buruk-buruk amat di tahun ini. Indikasinya, saya mulai hidup sendiri. Menata kehidupan sesuai keinginan. Meskipun tak dipungkiri masih membutuhkan sokongan orang tua.

Untuk sahabat-sahabatku yang telah kembali ke kampung halaman masing-masing, saya berharap teman-teman menjadi sebuah ikon di tempat Anda. Mari menjadi orang yang menghargai sebuah kejujuran dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk sesama. Bukannya saya sok, karena saya pun juga masih dalam tahap belajar untuk menjadi manusia yang tidak saja hidup, tapi bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Apapun 2011. Dia adalah sahabat kita. Lebih dari sahabat mungkin.