Yatim selama Ramadhan, tepatnya hingga dua minggu ini, sudah
mendapatkan undangan buka bersama sebanyak sepuluh kali. Sesuai dengan
namanya, Yatim, memang benar-benar yatim dalam artian yang sesungguhnya.
Ayahnya meninggal semenjak Ia masih dikandung Ibunya. Konon, Ibunya
yang tak kuasa merawatnya menitipkan di panti asuhan. Hingga kini,
Ibunya kerap berkunjung ke panti. Sebuah
perjanjian dengan panti, membuatnya harus menunggu usia 30 tahun untuk
mengambil buah hatinya. Sedangkan Yatim kini baru berusia empat tahun.
Panti
asuhan yang menaunginya bernama panti asuhan Sederhana. Sesuai namanya
yang sederhana, Yatim hidup bersama rekannya dengan amat sederhana.
Bahkan cenderung mendekati kekurangan. Sebenarnya pantinya memiliki
banyak donatur. Panti Sederhana bahkan sudah buka cabang di empat kota
besar. Yatim tinggal dengan enam belas anak yatim piatu. Kisahnya
macam-macam. Pada intinya mereka membutuhkan bantuan. Sedangkan pengurus
pantinya berjumlah sepuluh orang. Jadi, bantuan yang ditujukan kepada
anak panti, sepersekian diolah juga untuk menggaji sepuluh pengurus.
karena mereka mengurus panti bukan karena mereka peduli, tetapi lebih
tepatnya mereka bekerja. Dan hal yang demikian bukanlah sebuah
kejahatan.
Sore itu, di undangan yang kesebelas, panti
asuhan Sederhana akan menghadiri sebuah undangan buka bersama dengan
seorang pejabat di kotanya. Karena kuota peserta buka seratus orang,
maka pengelola panti mencari tambah sisa peserta. Mengingat panti
Sederahana hanya memiliki 16 penghuni. Namun dalih pengurus, penghuni
panti dibedakan menjadi dua. Yakni aktif dan pasif. Penghuni aktif
berarti mereka memang hidup full di panti. Sementa pasif, tetap tinggal
di rumah orang tuanya. Penghuni pasif biasanya mendapat bantuan rutin
bulanan. Semisal biaya sekolah dan lainnya yang memang diperlukan. Jadi
menurut data yang ada di meja tata usaha, di kota S penghuni panti
mencapai 200 orang.
Dengan iring-iringan mobil yang
menjemput mereka, peserta buka persama menuju rumah pejabat itu. Yatim
dan kawan-kawannya memakai baju stelan putih-putih. Dibagian belakang
baju, tertera nama panti asuhan lengkap beserta alamat dan rekening
donasi. Di bagian depan, sebuah logo dan sebuah motto: saling
berbagi-sangat berarti. Karena letak panti Sederhana agak menjorok ke
pinggiran kota, maka perjalanan menuju pusat kota bisa dibilang cukup
lama. Ditambah lagi cita rasa jalanan kota, macet.
Pejabat
itu telah menyiapkan jamuan dengan istimewa. Tempat dan jamuan, serta
ustad yang memandu acara telah dipilih yang terbaik. Beberapa media
lokal telah berada di rumahnya sehari sebelumnya. Tuan rumah telah
menyiapkan reservasi buat mereka. Sembari menunggu kedatangan anak
panti, pejabat tersebut melakukan prosesi wawancara. Sesi dibuka oleh
asisten pribadi si pejabat. Wartawan-wartawan yang telah menginap inipun
antusias menanyai si pejabat.
"Bapak, saya salut dengan
aktivitas sosial ini. Selain jamuan dan persiapan yang serba istimewa,
nampaknya Bapak juga memiliki alasan tersendiri dengan menggelar acara
ini?"
"Silakan satu lagi penanya. Baik, yang pake peci biru."
"Terima
kasih moderator. Bapak, apakah acara seperti ini rutinitas tahunan atau
pada waktu tertentu saja? Semisal ada pilkada atau sejenisnya?"
Ruangan yang sebelumnya riuh, menjadi hening seketika. Wartawan berpeci biru menjadi sasaran perhatian.
"Maaf, dari media mana mas"? ujar asisten si pejabat.
"Mohon maaf, saya dari Delik Deluk Press. Maaf sedikit terlambat dari undangan. Saya baru saja datang."
Si pejabat mukanya menjadi masam. Asisten langsung bersikap cepat.
"Baiklah, sesi pertanyaan ditambah menjadi lima penanya"
Pertanyaan
basa-basi seperti yang telah direncanakan segera diutarakan. Muka si
pejabat agak lebih ceria. Saat menjawabpun, pertanyaan nomer dua
diletakkan di bagian akhir. Sampai akhirnya sesi wawancara tiba-tiba
dipotong oleh beberapa security.
"Maaf, Tuan. Di luar ada polisi. Hendak menemui Tuan."
Si pejabat dengan nafas mendengus keras, segera bangkit dan menuju ke pintu utama. Kemarahan sekaligus kejengkelannya menyatu.
"Mohon maaf Pak. Apakah Bapak akan mengadakan buka bersama dengan 100 anak yatim piatu dari Panti Sederhana?"
Pejabat yang dipenuhi dengan kejengkelan itu hanya mengangguk.
"Kalau begitu, Bapak harus ikut kami sekarang juga."
"Hei,
apa-apaan ini. Sudah menganggu ketenanganku, sekarang kamu
menyuruh-nyuruh saya. Belum tahu kalau aku bisa merekomendasikan kalian
agar kamu kamu dimutasi. Saya ini kenal dengan pimpinan kalian."
"Mohon
maaf Bapak. Rombongan dari panti Sederhana, jam 15.00 sebagian terlibat
kecelakaan. Dari empat mobil, hanya satu mobil yang lolos dari
kecelakaan maut. Semua korban berhasil dievakuasi, namun sebagian
nyawanya tak bisa tertolong"
Wartawan yang dari tadi
rupanya mengikuti si pejabat, langsung menyerang polisi dengan berbagai
pertanyaan. Dari dalam rumah, Pak Ustad berlari tergopoh-gopoh menuju ke
tempat keributan. Suara musik religi segera berkumandang. lamat-lamat
dan semakin keras.
(Prambon, 22 Juni 2015)
Menu
Puisi
(60)
Resensi
(19)
Opini
(17)
Sastra
(16)
Cermin
(15)
Menjadi guru
(13)
Teror
(9)
Sabda Pemilik Kampung
(8)