Kesaksian:
perjalanan di batas tahun; part. 1
sepagi itu
saya sudah mendapati senyummu terkatung-katung di udara. Oksigen yang melimpah
ruah pada daundaun itu menjadi hiburan tersendiri buatku. melihat itu, saya
ingin terbang menjadi burung, persis seperti yang saat kita lihat hari itu.
Sayapnya mengepak oleh suaramu yang parau. melenting di udara. hinggap di
tambak yang telah mengering. Aku menikmati itu lebih dari yang kau lihat.
begitupun yang kurasakan.
mari berhenti
sejenak.
perjalanan
hari itu bukan kali pertama. masih di tempat sama, mungkin modelnya yang agak
berbeda. bahkan orang-orangnya tidak sama. tapi semangatku masih seperti dulu.
tentu saya tertawa. saya suka itu. di alam lepas, saya selalu melenturkan
rahangku dengan tawa. melepas beban hidup yang kian menggerogoti pikiran. maka
obatnya ya tertawa. seperti hari itu.
sudah lama
saya menunggu momen kebersamaan semacam ini. menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida secara acak, namun menimbulkan harmonisasi yang
tidak bisa dibilang jelek.
saat kakikaki
kita dengan lincahnya meloncati pematang tambak, udara tak begitu bersahabat.
maksudnya, sinar matahari yang membuat sedikit kacau. panasnya menjalar dari
ujung rambun hingga melesap ke tapak kaki. begitupun, tak memaksa surut niat
kita untuk terus merangsek. saya katakan, "sekali lagi kita sampai'.
ucapan itu berulang ulang. memang saya berbohong. namun itu demi memompa aliran
semangat yang mengental di pembuluh darah kalian.
Toh, akhirnya
kita berhasil kan? duduk di gazebo dengan mata nanar melesak ke lautan lepas.
mencoba menerka berapa jarak yang telah menyeret kita kemari. mengalikannya
dengan energienergi yang tercecer di jalanan. Tapi lihatlah, kalian tersenyum.
kalian memantik energiku berlipatlipat.. kalian tampak seperti bukan kalian.
maksud saya, kegembiraan dan keceriaan itu seperti kepunyaan malaikat. Ah, saya
cukup haus. bahkan sangat.
mangrove,
menjelang 1 Muharram 1435
*bersama 15
remaja putri yang sangat tangguh. didampingi sang maestro berkacamata.
berkelana mencari satu tujuan yang sulit untuk dibayangkan. tapi akhirnya
didapatkan dengan peluh yang membanjir. terima kasih atas kesempatan yang
diberikan atas petualangan ini.
@21:09, hari
itu juga
di perpustakaanku yang damai