Serbuan prajurit pemanah terlunta-lunta
Saat senapan membidik tepat pada ulu hatinya
Sergah dan tanya para tumenggung mengiang dalam pancuran petaka
Yang mengumpat dan mengeluh.
Dan,
Hanya itu saja detik yang muram, ketika sebuah pemanah menancap pada
Ubun-ubun nenek tua yang mendengkur di altar sesembahan.
Sang lakon berpusar-pusar menuju bukit itu. Segenggam harapan
Tumpah begitu saja ketika jeritan Tuhan
Merembes dalam tulang-tulangnya.
Pada waktu itu tak ada yang tahu. Sang lakon pernah gagal dan tak bisa memanah...........
19 Mei 2010
Menu
Puisi
(60)
Resensi
(19)
Opini
(17)
Sastra
(16)
Cermin
(15)
Menjadi guru
(13)
Teror
(9)
Sabda Pemilik Kampung
(8)