Suara kematian itu memanggilku. Untuk sebuah ketetapan
yang tergurat jelas pada berlembar-lembar kerut di keningku.
Samar tak terbaca..
Sebuah memori panjang tertata sudah.
ada nisan. ada bunga. ada kamboja.
Aku adalah tanah bergunduk merah, menjelma
manusia kering tak berakar.
Suara kematian itu memanggiliku.
Pagi itu aku belum siap. dan mungkin tak akan siap.
karena aku adalah Manusia/
........................................Surabaya, 20 Oktober 2009.
Menu
Puisi
(60)
Resensi
(19)
Opini
(17)
Sastra
(16)
Cermin
(15)
Menjadi guru
(13)
Teror
(9)
Sabda Pemilik Kampung
(8)